Pages

07 July, 2014

Time






8 missed calls
5 new messages

Pukul 15:27. Jiyoon mendengus lelah melihat layar ponselnya. Sungmin pasti kesal lagi karena Jiyoon tak kunjung membalas sms-nya. Entah kenapa akhir-akhir ini Sungmin menjadi lebih sensitif dan mudah marah terhadap hal kecil. Padahal yang Jiyoon tau, Sungmin tidak pernah terkena PMS sejak lahir.

11:38
From:: Ming Bunny
Yoon.... kangen.... :3

12:05
From:: Ming Bunny
Kau sedang apa..? Tidak kangen padaku?

12:17
From:: Ming Bunny
sms-ku memang belum kaubaca atau kau sengaja tidak membalas?

12:43
From:: Ming Bunny
angkat teleponku, Yoon!

12:58
From:: Ming Bunny
Terserah kau. Aku hanya punya waktu luang di saat makan siang. Aku tidak punya waktu untuk terus-terusan menunggu balasanmu. Kau sibuk? Aku juga!

Tapi sepertinya, masalah 'lama membalas sms' ini bukan hal kecil untuk Sungmin.

To:: Ming Bunny
Maaf, Ming.. aku ada rapat dengan dewan direksi sejak pagi tadi. Schedule-mu selesai jam berapa? Nanti biar kutelepon...

Send.


1 menit, 5 menit, 30 menit, ponsel Jiyoon tak kunjung memberi tanda kalau ada sms balasan dari Sungmin. Mungkin dia sedang tidak bisa diganggu, pikir Jiyoon.

"Yoon? Yoon?"

"eh? Iya, ada apa, Hyunmi-ya?"

"Aku yang harusnya bertanya. Kau kenapa melamun?"

"Melamun? Tidak kok." Buru-buru Jiyoon menyimpan ponselnya ke dalam laci meja kerjanya sebelum sahabat baiknya itu tau masalah Sungmin, "kau ada apa ke ruanganku?"

Hyunmi mencoba untuk percaya apa yang dikatakan Jiyoon. Dia yakin sahabatnya itu pasti akan bercerita padanya jika terjadi sesuatu. "Proposal pengajuan barang baru bisa kau selesaikan hari ini? Klien meminta aku mengirimkannya malam ini juga. Bagaimana?"

"Tentu. Hanya kurang sedikit lagi yang harus aku tambahkan. Nanti sore ku-email-kan padamu." Jawab Jiyoon dengan senyum profesionalnya.

Hyunmi masih menatap Jiyoon dengan penuh rasa ragu, "kau yakin tidak ada apa-apa?"

"Yakin 160%."

"Baiklah kalau begitu. Urusan laporan kupercayakan padamu, Yoon."

"Arrasseo."


-o0o-


Jarum jam menunjukkan pukul 22:50 dan Jiyoon masih dengan sabar menunggu balasan dari Sungmin. Novel setebal 233 halaman pun sudah hampir habis ia baca untuk mengalihkan kebosanan menunggu kabar dari kekasihnya itu.

Dddrrtttt
1 message received

From:: Ming Bunny
Tidak perlu repot-repot meneleponku. Selesaikan saja urusanmu sendiri.

"Ming, kau kenapa......" gumam Jiyoon lalu melepas kacamata bacanya dan menutup novelnya.

To:: Ming Bunny
Aku sudah di rumah.. pekerjaanku hari ini sudah selesai.. kau masih ada jadwal?

Namun Sungmin tak kunjung membalas pesan Jiyoon. Terpaksa, dengan sedikit rasa takut Jiyoon memberanikan diri menelepon Sungmin.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area. Cobalah beberapa saat lagi.

Jiyoon mendesau. Ia sedikit merasa bersalah karena tidak bisa ada di saat Sungmin membutuhkannya. Tapi bukannya ia sudah menjelaskan alasannya? Kenapa Sungmin masih marah....



-o0o-


Dddrrrttt...

"Ya, Dad?"

"Bagaimana persiapan di Korea? Jumat depan kau harus sudah bisa mempresentasikannya di sini, Yoon."

"Well done, Dad. Aku hanya tinggal membuat media presentasinya lalu aku dan Hyunmi akan langsung ke Cincinnati."

"Baiklah. Sampai jumpa di sini."

"Mmm..."

Klik. Jiyoon memutus sambungan teleponnya dan meletakkan ponselnya kembali ke meja. Ia lalu mengambil spidol untuk memberi tanda di kalender mejanya. Namun sejurus kemudian Jiyoon tertegun saat melihat tanda di kalendernya menunjukkan Super Show Hongkong diadakan di hari yang sama dengan jadwal presentasinya di Cincinnati, Jumat 16 Juni.

Jiyoon mengangkat teleponnya dan menekan tombol ruangan Hyunmi, "Hyun, tolong pesankan tiket untuk terbang ke Cincinnati Kamis depan."

Kamis, 15 Juni : take off. Cincinnati.


-o0o-


"Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi aku rasa... kau sedikit berubah, Ming. Kenapa?" Jiyoon memulai pembicaraan dengan sangat hati-hati, berusaha mengajak Sungmin berunding dengan kepala dingin. Tidak banyak waktu mereka untuk bisa bertemu seperti saat ini, jadi Jiyoon tidak mau kesempatan ini menjadi sia-sia hanya karena emosi yang mendominasi.

"Kau yang berubah, Yoon. Kau yang terlalu sibuk dengan pekerjaanmu sekarang sampai membalas smsku saja tidak sempat." Nada suara Sungmin mulai meninggi, "butuh waktu tidak lebih dari lima menit untuk mengirimkan satu sms, sesibuk itukah kau, Yoon?!"

"Jadi karena itu.. bukankah aku sudah menjelaskannya kemarin? Aku ada rapat, Ming... dan kau tahu kebiasaanku tidak pernah memegang apalagi menilik ponselku saat sedang rapat."

"Tidak bisakah kau memberitahuku dulu sebelum kau rapat? Jadi aku tidak perlu seperti orang bodoh menunggu balasanmu. Aku juga ada pekerjaan penting. Jangan kau kira aku hanya duduk melongo seharian menunggu sms-mu!"

"Ming, sejak kapan kau mengharuskanku memberitahumu apa yang akan aku lakukan? mulai sekarang? Tsk ternyata aku benar, kau berubah, Ming."

"Kau yang berubah! Dulu kau tidak pernah sok sibuk dengan pekerjaanmu. Aku selalu bisa mengganggumu kapanpun aku mau. Sekarang?" Sungmin menghela napas, berusaha menetralkan emosinya tapi tidak berhasil, "it's okay, Yoon, kalau aku sedang tidak sibuk, kau boleh berkutat dengan pekerjaanmu 24 jam karena aku yang akan menghampirimu dan memperhatikanmu. Tapi sekarang keadaannya aku yang sibuk dengan comeback dan persiapan Super Show, harusnya kau yang bisa lebih punya banyak waktu untukku, Yoon!"

"Kita ada pada posisi yang sama, Ming! Aku tidak mungkin menelantarkan pekerjaan kantor karena dalam waktu dekat ini aku harus meluncurkan brand baru. Ayah menitipkan perusahaannya di sini padaku, tanggung jawabku besar di sana, Ming. Kumohon mengertilah. We need support from each other right now. Tidak bisa seperti ini..."

Hening. Keduanya berkutat dengan pikiran dan berusaha menetralkan emosi masing-masing. Sebenarnya di awal tadi Jiyoon sedikit berniat untuk minta maaf karena tidak bisa ada untuk Sungmin kemarin, tapi semua hilang karena amarah yang menguar.

Sungmin merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, ia akan mencoba mengerti keadaan Jiyoon walau dengan berat hati. Ia berdiri dari tempatnya duduk di sebelah Jiyoon, kemudian berkata sebelum melangkah pergi, "aku berangkat ke Hongkong hari Jumat."

"Ming, tunggu!" Sebelum Sungmin menghilang di balik pintu, Jiyoon memanggilnya dan dengan otomatis Sungmin berhenti, walau tidak berbalik. "Aku harus ke Cincinnati selama lima hari dan berangkat besok pagi. Maaf..."

Sungmin menarik napas dalam-dalam berusaha meredam emosi yang kembali terbakar. ia membalikkan badan, lalu dengan tatapan dingin ia berkata, "if that's what you think about supporting each other, do it."


-o0o-


"Kau tidak perlu pergi jika memang tak bisa, Yoon... Sungmin membutuhkanmu. Biar aku yang handle semuanya di Cincinnati, termasuk kemungkinan terburuk untuk dimarahi Daddy-mu."

"Tidak perlu, Hyun.. ini tanggung jawabku. Sungmin juga tanggung jawabku. Sayangnya, dia memiliki saham yang lebih kecil di hatiku dibandingkan Daddy." Jiyoon tersenyum meyakinkan Hyunmi.

"Yoon...."

"I'm okay." Jiyoon bangkit dari duduknya, "waktunya berangkat, Nona Lee. Should I bring your bag?"

"No, thanks."


-o0o-


Bandara Internasional Incheon dipadati makhluk-makhluk berwarna biru. Ya, ELF yang setia mengantarkan -atau menguntit?- Super Junior kemanapun mereka pergi sudah berada di bandara sejak subuh tadi, bahkan ada yang sejak malam. Apa orang tua mereka tidak mencari atau minimal mengkhawatirkan mereka? Karena walaupun Korea termasuk negara yang aman, angka pelecehan seksual di kalangan remaja putri kan sedang marak dimana-mana.

Kembali ke bandara. Tepat pukul 09:00 member Super Junior beserta krunya memasuki pintu gerbang bandara. Pencapaian luar biasa untuk mereka datang ke bandara sepagi ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat Kyuhyun yang masih berusaha untuk menyelesaikan tidurnya walaupun dia sudah berjalan di tengah kerumunan fansnya. Terlihat juga Henry yang semakin kehilangan matanya dan Sungmin yang wajahnya seperti ditekuk. Oh tapi mungkin Sungmin bukan karena mengantuk.

"Hyung!" Hyukjae menyenggol bahu Sungmin lalu menunjuk ke arah kerumunan fans dengan dagunya. Hyukjae tau, Sungmin sama sekali belum menyapa ELF sejak keluar dari fan tadi. Tapi mungkin hari ini Sungmin adalah hasil reinkarnasi dari spesies jaman batu, sehingga ia hanya menundukkan kepalanya dan berjalan lebih cepat ke dalam pesawat.


-o0o-


"...saya harap bantuan dari anda dapat melancarkan pemasaran produk kami di Cincinnati dan seluruh Amerika Serikat. Terima kasih."

Riuh rendah tepuk tangan dari peserta rapat kali itu mengakhiri presentasi Jiyoon. Untuk pertama kalinya, ia meluncurkan produk terbaru di bawah kendalinya sendiri, tanpa campur tangan Daddy-nya.

"Aaaaaakk kau keren sekali, Yoon!" Hyunmi memeluk Jiyoon dengan antusiasme tingkat piala dunia. Untung semua peserta rapat sudah keluar ruangan, jadi Jiyoon tidak perlu repot-repot untuk berpura-pura tidak mengenal Hyunmi.

"Good job, dear." Ayah Jiyoon menepuk pundak putri sematawayangnya yang sedang dipeluk Hyunmi. Mendengar itu Hyunmi langsung melepas pelukannya dan membiarkan Jiyoon dirangkul oleh Daddy-nya.

"Thanks, Dad." Jiyoon tersenyum.

"Sepertinya sudah siap untuk mengurus semua cabang?"

"Eung.... Dad, kalau itu.... nanti dulu. Aku..... masih punya banyak urusan... lain."

Jawaban Jiyoon membuat Daddy-nya melonggarkan pelukannya lalu menatap Jiyoon, "urusan apa? Kau sudah punya pacar, Yoon? Siapa?" Ayah Jiyoon beralih menatap Hyunmi, "siapa pacarnya Jiyoon, Hyun?"

Hyunmi yang ditanya tembak langsung seperti itu jadi gelagapan, "itu.... itu, Om... saya... permisi ke toilet dulu." Kemudian Hyunmi melarikan diri bak burung kolibri.

"Belum saatnya kau tahu, Dad. Nanti saja kalau aku sudah memutuskan untuk menikah pasti akan kuberitahu. Okay? Aku pergi dulu. Bye!" Jiyoon mencium pipi Daddy-nya lalu pergi menyusul Hyunmi yang Jiyoon tahu pasti Hyunmi tidak ke kamar mandi melainkan turun ke lobi menyiapkan mobil.


-o0o-


Sampai saat konser dimulai, Sungmin masih belum menunjukkan tanda-tanda kecerahan pada wajahnya. Sebesar itukah pengaruh Jiyoon terhadapnya sampai-sampai semua orang di sekitarnya tidak melihat sedikitpun senyumnya hari ini. Tidak krunya, tidak membernya, tidak juga ELF yang seharusnya ia nafkahi dengan senyum terbaiknya.

Bagaimana perasaanmu jika kau menonton konser idolamu tapi idolamu itu tidak menyunggingkan senyumnya sama sekali? Malah cenderung dingin bahkan acuh tak acuh? Kecewa pasti, dan juga khawatir.

Kekecewaan yang dialami tidak hanya oleh satu orang membuat hal itu menyebar dengan cepatnya di fansite-fansite Super Junior. Berbagai komentar dari para netizen yang menohok semakin memperparah suasana.


-o0o-


"Why the hell didn't he smile?"
"Sungmin oppa must be in a badmood today. What happened, oppa? :("
"Seperti itukah seharusnya sikap seorang idola? seharusnya dia bisa bedakan mana pekerjaan mana masalah pribadi. Mengecewakan sekali."

"Yoon! Yoon, lihat ini!" Hyunmi berteriak-teriak seperti orang kecopetan memanggil Jiyoon yang masih di kamar mandi.

"Kau ini berisik sekali. Ada apa?"

"Baca ini, Yoon!" Hyunmi menarik Jiyoon untuk mendekat ke arah laptopnya, "Sungmin pasti sedang dalam mood yang buruk sekali kalau sampai tidak bisa tersenyum sama sekali kan, Yoon? Kalian ini kenapa sebenarnya? Sedahsyat itukah pengaruhmu terhadapnya, Yoon?"

Jiyoon tertegun di depan laptop Hyunmi. Sungmin seperti ini pasti karena dirinya, Jiyoon tahu. Dan ini sama sekali tidak baik untuk kelangsungan karir Sungmin. He's an idol, he needs his fans. Nah kalau ELF sudah sampai berkomentar seperti itu, apa kabar karir Sungmin nanti? Jiyoon tidak mau karir Sungmin hancur hanya karena dirinya. Dia harus memperbaiki ini semua, bagaimanapun caranya.

"Agenda untuk besok hanya akan ada jamuan makan dan penyerahan produk secara simbolis kan, Hyun?" Jiyoon spontan menoleh ke arah Hyunmi, Hyunmi mengangguk. "Good. Sekarang mana surat-surat yang harus kutandatangani?"

Hyunmi menyerahkan setumpuk map yang harus Jiyoon tanda tangani. Dengan sigap Jiyoon membubuhkan tanda tangannya di setiap map dan menyerahkannya pada Hyunmi lagi.

"Besok kau gantikan aku ke acara jamuan makan dan peresmiannya. Semua surat sudah selesai kutandatangani. Kalau kau merasa tidak enak untuk penyerahan produknya, kau bisa minta Daddy untuk melakukannya. okay, Hyun?"

"O..okay. tapi kau mau kemana?" Hyunmi melongo melihat Jiyoon yang sudah bersiap dengan mantel dan ranselnya.

Jiyoon menunjuk laptop Hyunmi yang masih menampilkan berita tentang Sungmin, "menyusulnya."

"Tapi, Yoon. Kau belum beristirahat sama sekali hari ini."

"Kalau aku istirahat sekarang, karirnya yang akan istirahat selamanya, Hyun. Aku pergi." Jiyoon membuka pintu kamarnya, "ah! Bawakan koperku kembali bersamamu besok. Thanks, Hyun!"


-o0o-


Tiket backstage yang sudah ada di tangan Jiyoon sejak dua minggu yang lalu membuat Jiyoon dengan leluasa memasuki area yang notabene tidak semua orang dapat mengaksesnya. Jiyoon terus berjalan dengan langkah lebar-lebar menuju ruang istirahat member Super Junior. Beruntung Jiyoon bertemu Leeteuk yang langsung tahu apa maksud kedatangan Jiyoon.

"Ruangan kedua dari ujung. Kuserahkan dia padamu, Yoon. Tolong." Kata Leeteuk menepuk pundak Jiyoon.

"I'll try. Thanks." Jiyoon berlari kecil menuju ruangan yang ditunjukkan Leeteuk.

Jiyoon berhenti di depan ruangan bertuliskan SUPER JUNIOR. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum memutar kenop untuk membuka pintu. Perlahan pintu terbuka dan Jiyoon menemukan sosok yang dicarinya.

Sungmin duduk bersandar dengan tatapan kosong sambil menimang-nimang ponselnya. Sesekali ia menyalakan ponselnya seperti hendak menelepon seseorang namun selalu diurungkan. Berulang kali seperti itu sampai-sampai ia tidak sadar ada orang yang membuka pintu.

"Kue ini enak sekali loh, Ming. Kau mau tidak?" Jiyoon langsung duduk di sebelah Sungmin membawa brownies yang ia beli di bandara tadi.

Sungmin sontak menoleh ke arah Jiyoon dan memandangnya dengan tatapan tidak percaya, "Yoon...?"

Jiyoon tersenyum. Senyum yang paling Sungmin rindukan dibanding apapun di dunia ini. Rasanya, sudah bertahun-tahun tidak melihat senyum Jiyoon yang semanis itu. "Kau pasti belum makan kan, Ming?"

Sungmin tak peduli apa yang Jiyoon katakan, ia langsung memeluk gadisnya, gadis yang sangat dirindukannya. Bertengkar dengan Jiyoon rupanya bukan pilihan bagus untuk kelangsungan hidupnya. Jantungnya terlalu keras memompa darah hingga menimbulkan nyeri yang membuat Sungmin ingin melepas jantungnya sendiri saat ia bertengkar dengan gadisnya. Raganya serasa tak bernyawa saat Jiyoon tak ada di sekelilingnya.

"Maafkan aku, Ming..." Jiyoon balas memeluk Sungmin. Tenang rasanya berada dalam dekapannya.

"Aku yang harusnya minta maaf, Yoon.. aku yang terlalu childish sampai-sampai kita harus bertengkar seperti ini. Toh aku sendiri yang susah kalau kau jauh." Sungmin mengerucutkan bibirnya, hal yang paling imut yang pernah Jiyoon lihat seumur hidupnya. "Eh tapi pekerjaanmu bagaimana? Kenapa kau kemari, Yoon?" Sungmin melepaskan pelukannya dan menatap Jiyoon intens.

Jiyoon tersenyum, "kau di sini lebih membutuhkanku, Ming. Semua tugasku di Cincinnati sudah kuserahkan pada Hyunmi." Diraihnya tangan Sungmin untuk lebih meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, "Aku sudah ada di sini. Jadi kau jangan murung lagi.. ELF butuh senyum dan tawamu, Ming... jangan seperti kemarin. Mereka kecewa tidak bisa melihat tawamu kemarin. Bagaimana kalau mereka meninggalkanmu hm?"

"Aku lebih memikirkan bagaimana kalau kemarin kau meninggalkanku, Yoon..."

"kenyataannya tidak kan? Sekarang senyum." Jiyoon menarik kedua sudut bibir Sungmin. Ia tersenyum, akhirnya Sungmin-nya tersenyum, lagi.

Sungmin kembali memeluk Jiyoon erat-erat, "thank you.."

"Love you.."


-o0o-


Hongkong Dome dipenuhi cahaya dari lightstick berwarna sapphire blue. Jiyoon bukan ELF, tapi ia satu-satunya fans lahir batin dan pendukung seumur hidup seorang Lee Sungmin. Dan ia ada di sana, di tengah sapphire blue ocean itu. Memandang penuh kebanggaan pada sosok pria yang walaupun wajahnya sangat imut tapi memiliki tubuh yang bidang yang mampu menenggelamkan Jiyoon dalam pelukannya.

there's always time for you in my like-hell business. I'm promise. - Jung Jiyoon

Keringat yang terus mengalir di wajahnya tidak membuatnya lelah. Nyawanya telah kembali, hidupnya telah kembali, Jiyoon-nya telah kembali. Tidak ada yang lebih membahagiakan dan menenangkan dari itu. Kini ia dengan ceria memberi fanservice pada ELF yang telah menunggu penampilannya bahkan dengan semangat mem-bully Kyuhyun bersama dengan member lain. Matanya menangkap sosok Jiyoon yang duduk di tengah area VIP, ia pun melambaikan tangannya.

ketika satu-satunya penghalang adalah kesibukan, maka satu-satunya jalan adalah pengertian - Lee Sungmin


1 comment:

  1. The Wizard of Oz: The Wizard of Oz: The Wizard of Oz: The
    The Wizard of 양주 출장샵 Oz: The Wizard 양주 출장마사지 of Oz: The Wizard of Oz: The Wizard 속초 출장마사지 of Oz: The Wizard 오산 출장샵 of Oz: The Wizard of Oz: The 나주 출장마사지 Sorcerer's Apprentice.

    ReplyDelete