Pages

09 November, 2015

Mengejar Matahari

Alhamdulillah, akhirnya ada inspirasi untuk mengisi blog ini lagi. Akhir-akhir ini sebenarnya saya juga baru ingat lagi kalau saya punya blog ini. Dan saya ingat, ada salah satu mimpi besar saya yang harus berawal dari blog ini, namun ide untuk membuat sebuah tulisan yang –menurut saya- layak diterbitkan di sini tak kunjung muncul.

To be very honest, salah satu alasan yang membuat saya ngebet bikin tulisan di sini lagi adalah, beberapa minggu yang lalu saya menemukan blog pribadi milik teman sekelas saya yang kebetulan dia memiliki impian yang sama dengan saya, menjadi seorang penulis. Ketika itu saya merasa tertantang, saya ingin membuktikan bahwa: saya punya kemampuan untuk menulis dan saya mampu menjadi seorang penulis!

Cukup tentang tulis menulis dan kenapa saya tiba-tiba muncul di sini lagi. Sekarang kita mulai masuk ke dalam cerita. Kenapa sih judulnya Mengejar Matahari? Matahari itu tinggi, berada jauh dari jangkauan tangan kita. Matahari itu panas, kenapa harus dikejar? Karena energinya memberi kita kehidupan.

Tanpa matahari, pro vitamin D yang ada dalam tubuh manusia tidak dapat diubah menjadi vitamin D. Akibatnya tulang menjadi rapuh, dan kita tidak mampu beraktivitas dengan optimal dengan tulang yang rapuh. Tanpa matahari, tumbuhan tidak mampu melakukan fotosintesis. Mereka tidak bisa membuat makanan untuk dirinya sendiri dan juga tidak bisa membuat oksigen bebas yang sangat dibutuhkan manusia. Apa akibatnya? Tumbuhan dan manusia bisa mati. Tanpa gravitasi matahari, planet-planet dalam tata surya kita akan kehilangan pegangan dan mungkin akan keluar dari orbitnya. Mereka bisa saja berbenturan dengan planet lain dan kemudian hancur menjadi serpihan-serpihan batu meteor.

Saya ingin menjadi matahari. Saya ingin menjadi orang yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitar. Saya ingin menjadi orang yang dibutuhkan oleh keluarga, teman-teman, masyarakat, dan juga negara. Ada kebahagiaan dan rasa bangga tersendiri ketika ada orang lain yang membutuhkan bantuan saya, meskipun –untuk saat ini- hanya untuk menemani belajar atau bahkan hanya untuk menyiapkan LCD di kelas. Nggak apa-apa, saya senang. Saya senang bisa dibutuhkan.

Tapi lebih dari itu, saya akan sangat senang jika saya bisa membantu orang lain dan orang tersebut puas dan bahagia akan bantuan yang saya berikan. Saya akan sangat senang jika saya bisa bermanfaat bagi orang lain, baik itu dengan kontribusi materi, tenaga, waktu, atau bahkan hanya dengan pikiran saya. Masalahnya, untuk bisa bermanfaat bagi orang lain adalah sesuatu yang menurut saya gampang-gampang sulit. Saya ambil contoh membuang sampah pada tempatnya. Jika kita melakukan hal tersebut, kita sudah bermanfaat bagi mas-mas cleaning service sehingga dia tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk membuang sampah bekas makanan kita. Hal ini mudah jika kita lakukan sendiri. Tapi apakah orang di meja seberang kita melakukan hal yang sama? Apakah orang-orang yang duduk-duduk di selasar juga melakukan hal yang sama? Belum tentu. Inilah yang saya sebut sulit. Sulit untuk membuat orang lain melakukan hal yang sama untuk membantu mas-mas cleaning service.

Akan jauh lebih sulit lagi jika kita berbicara dalam lingkup sebuah negara. Karena tidak hanya melibatkan diri kita saja, tapi juga tetangga, masyarakat, bos-bos yang perutnya besar BUMN dan perusahaan swasta, serta pemerintah dengan sistem dan peraturannya. Mungkin saja kita sudah belajar semaksimal mungkin untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi negara, tapi tetangga menganggap sebelah mata. Bisa saja tetangga sudah mendukung, tapi masyarakat yang keras kepala. Bisa saja masyarakat sudah menerima, tapi pemerintah tidak peduli. Bisa saja tetangga, masyarakat, dan pemerintah sudah mendukung, tapi sistem, birokrasi, dan peraturannya yang memble. Huft.

Karena itu, salah satu mimpi terbesar saya adalah memperbaiki sistem yang ada di Indonesia. Saya ingin menjadi matahari untuk Indonesia. Menjadi orang yang negara butuhkan dalam bidang pelayanan kesehatan. Menjadi orang yang bisa duduk bersama matahari-matahari Indonesia di bidang yang lainnya dan lantang bersuara: "Bangkit dan berlarilah Indonesia! Kami dan seluruh negeri siap menjadi sumber energi!"

-o0o-

Hihi saya jadi merinding membaca pembukaan tulisan saya sendiri. LOL. By the way, tulisan ini sudah mencapai 600 kata lebih dan belum sampai juga pada inti cerita yang sebenarnya. Hehehe maafkan saya.

Baiklah. Jadi sebenarnya inti dari Mengejar Matahari ini adalah, kemarin saya beserta teman bermain dan belajar saya di kampus menghadiri sebuah festival beasiswa bertajuk The Royal Eduphoria. Acara diselenggarakan di Gedung PKKH UGM mulai dari jam 3 sore sampai jam 10 malam. Sebenarnya acara itu adalah akhir dari persiapan keberangkatan awardees penerima beasiswa LPDP yang tidak lama lagi akan terbang ke negara dimana mereka mendapatkan beasiswa impiannya.



Hal pertama yang terbersit dalam benak saya saat memasuki area festival tersebut adalah, "nggak salah kalau namanya 'Royal' Eduphoria." Karena mulai dari tempat photobooth, stand makanan, stand informasi beasiswa, sampai stage-nya benar-benar tertata rapi dan apik. Ketika saya melihat panitia acara dengan baju biru dongkernya berlalu lalang dengan raut muka yang serius, sibuk mengatur ini itu, ada juga yang tertawa bersama temannya, hal kedua yang terbersit dalam pikiran saya adalah, "wah.. keren ya mereka, bisa jadi panitia acara seperti ini. Aku mau... :(". Dan beberapa jam kemudian saya tahu bahwa ternyata mas-mas dan mbak-mbak panitia itu adalah penerima beasiswa LPDP yang sebentar lagi akan melanjutkan studi ke luar negeri! *applause* Saat itu saya langsung bersyukur, ternyata mata saya masih bisa memilih mana hal yang benar-benar bermutu . wkwkwk.

Rangkaian acara The Royal Eduphoria ini juga nggak kalah kerennya. Mulai dari tarian kontemporer yang dibawakan oleh mbak Mila, talkshow dengan mbak Mila dan ibu Silly yang dengan jerih payahnya mereka bisa menjadi salah satu matahari bagi Indonesia, pemaparan program Menyapa Indonesia, serta tidak lupa acara hiburan seperti parade kostum nusantara, akustik, dan juga penampilan tari kontemporer dari tim Saraswati (dalam tim Saraswati ini ada dosen saya yang cantik sekali, Ibu Happy <3).

Kemudian untuk stand-stand yang berjejer di sayap barat, saya mendapatkan banyak informasi mengenai cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Meskipun saya nggak sempat masuk dan berbincang di stand dari LPDP, saya cukup banyak berbincang dengan Mbak Apri, salah satu yang menyediakan informasi di stand Edlink+Connex (mbak, ini saya promosiin lho. Nanti transfer komisinya ke rekening saya ya haha). Di stand Edlink+Connex itu saya mendapat informasi bahwa mereka bisa membantu kita mulai dari mencari universitas mana yang menyediakan jurusan yang kita inginkan, menghubungkan kita dengan universitas tersebut, berkas apa saja yang perlu dilampirkan untuk melamar beasiswa, sampai apabila nanti kita diterima di universitas tersebut (aamiin ya rabbal alaamiin) mereka juga membantu dengan proses keberangkatan dan penjemputan kita di bandara yang kita tuju.



Nah foto di atas adalah beberapa brosur dan booklet yang saya dapatkan dari beberapa stand kemarin. Dari Edlink+Connex bisa dilihat saya mendapatkan Overseas Education Guide, International Guide, dan juga kartu nama yang berisi alamat kantor Edlink+Connex dan kontak mbak Apri. Jadi buat Mbak Apri, siap-siap saya bombardir dengan  banyak pertanyaan ya hahahaha.

Kalau kalian jeli melihat foto di atas, kalian akan menemukan brosur dari sekolah tari milik Mbak Mila yang tadi saya ceritakan membawakan tari kontemporer dan juga mengisi talkshow. Insya Allah, kalau Allah memberikan kesempatan, memberikan saya waktu, tenaga, dan dana, saya berencana masuk ke Mila Art Dance School. Mengejar matahari sambil mendalami hobi, nggak ada salahnya kan? ^^

Anyway, acara The Royal Eduphoria ini sangat menginspirasi dan membuat saya kembali bersemangat untuk meraih pendidikan dan prestasi yang lebih tinggi lagi demi menjadi matahari untuk negeri ini. Kalau tahun ini The Royal Eduphoria diselenggarakan oleh LPDP PK-47 Dipta Kirana, saya akan menjadi keluarga LPDP PK-50 untuk menyelenggarakan greater scholarship festival and make my dream comes true!!