Pages

19 September, 2016

Tell Me You Love Me Even If it's a Lie

It’s been a while since i wanted to write something with this title. Was it a week ago? Or.... two weeks ago? I’m not sure either.

I was watching a drama that time, but the soundtrack was strangely make me.... move? No, i don’t think it was. It’s just..... when i heard the song, i was blank. My mind wandered. At first, i didnt know what i was thinking about, but slowly i knew, it’s you again.

How are you? It’s been a while since our last meet, right? Do you even miss me? Because i crazily miss you so damn much. It’s sucks, you know? Missing someone who doesnt even care about your existence now.

Someone once told me that when everything is done, our story also has to come to an end. Seems like he was right, wasn’t he? You’re busy with your own life now. Well, you have to be like that indeed. However the problem is.... i foolishly hope that we can spend our time together, just like weeks ago. I read our old conversation and hoping that we can have random talks again like those nights. How stupid I am.

You know what’s more annoying? I miss you but i dont even have any courage to tell you! Why? Why you should be someone who i cant say “i miss you” to? Why you dont just be like my any other friends so that i can say it casually? Why you should be this kind of person? Why??

Ah, sorry. I dont mean to scold you or something. Everything’s a bit off these days, so....yeah..


It’s raining now..... ah! Do you remember? When i got a cold because i was heavily soaked in the rain the night before, you asked me on the phone: “what happened? are you okay? Should i go there?”, remember? Honestly, I was so happy back then, though i knew that’s just your lame joke.

Could something like that happen again? Now that i’m not sick, and everything already turns out like this, how if saying that you love me? It’s okay if it’s just a joke. Even if it’s a lie, it’s okay. I’ll be happy.          

12 September, 2016

Membedah Keluarga mBeran

Haloooooo!! Hahaha gara-gara semalem nulis, jadi ketagihan pengen nulis lagi wkwk. Kali ini nulis apaan ya? Hmmmm.... gimana kalau kita ngomongin orang aja? Wkwkw. Kali ini korbannya keluarga baru aku aja deh: Keluarga Kebangsaan mBeran B-)


Apa itu Keluarga Kebangsaan mBeran?

Jadi gini, kurang lebih dua bulan yang lalu aku (baru) menjalani yang namanya Kuliah Kerja Ngendong (read: main), eh maksudnya Kuliah Kerja Nyata atau KKN di Desa Giritirta, Banjarnegara. Desanya nggak jauh dari dataran tinggi Dieng, jadi bisa dibayangkan ya dinginnya kayak apa di sana. Selama 49 hari di sana kayaknya nggak pernah deh mengalami suhu udara 20 derajat celsius, pasti selalu di bawah itu. brrr.

Desa Giritirta terdiri atas lima dusun, guys. Melikan, Beran, Sendangarum atau Mlela, Giritirta, dan Pandanarum atau ngGermadang. Nah, tim KKN kami yang terdiri dari 30 mahasiswa galau, selo, dan mellow dibagi menjadi empat subunit untuk menangani kelima dusun tersebut. Subunit pertama adalah Melikan, diketuai oleh Hasta Ziyad Normanda, mahasiswa paling makmur di JTG-04 (kode unit KKN kami). Subunit kedua, ini subunit aku, adalah subunit mBeran. Diketuai oleh pedangdut akut Bayu Setiawan. Untuk subunit ketiga, mereka mengurus dua dusun, Mlela dan Giritirta. Ketuanya adalah ehm uhuk uhuk.. (ceritanya writer keselek) ketuanya adalah Septian Dhanu. Dan subunit terakhir adalah Pandanarum yang letaknya nun jauh di sana, sampai-sampai kita sering meledek mereka bukanlah subunit dari JTG-04 tapi unit sebelah. Wkwk kasian mereka. Apalagi dengan kormasit (koordinator mahasiswa subunit) dedek dedek yang nggak emesh Giusti Ghivarry, lengkap sudah kriteria mereka menjadi kaum terbully. Wkwkwk.

Nah sekarang kita fokus ke subunit mBeran. Subunit aku ini terdiri dari 8 mahasiswa, 4 cewek dan 4 cowok yang kata ibuku disengaja sama dosen bikin kita pasang-pasangan, padahal enggak sama sekali -_- FYI ya guys, pembagian anggota subunit itu sepenuhnya hak prerogatif Yang Terhormat Bapak Kormanit (koordinator mahasiswa unit) JTG-04, Bapak Sabariyanto Siswosukarto. Anggota dipilih berdasarkan pada potensi dan masalah yang ada pada dusun yang kemudian disesuaikan dengan bidang studi, keahlian, dan kepentingan mahasiswa. Jadi kalau mau dibikin romantis, ya memang kami berdelapan inilah yang dibutuhkan oleh Dusun mBeran :’)

Dari kiri ke kanan: Atas: Amin, Bayu, Tungky, Alfian (Kuntet). Bawah: Cicip, Dhiah, Nesia, Saya

Empat puluh sembilan hari bersama, dari mulai bangun tidur, kerja, membaur dengan warga, makan bersama, sampai menikmati lebaran bersama membuat hubungan kami semakin lama semakin erat layaknya keluarga. Kami layaknya pecahan puzzle yang punya sudut berbeda-beda tapi dengan anehnya bisa menyatu dengan pas dalam sebuah ikatan “keluarga”, Keluarga Kebangsaan mBeran :’)

 

Alfian Romadhoni

Eeaaa.... here’s our tetua, Kun-kun-kunteeeett :D Panggilan Kuntet diambil dari nama lapangannya di Geofisika. Jujur, pertama kali lihat Kuntet aku kirain dia Alfian sang Kormanit tahun lalu, ternyata bukan wkwkwkwk. Berbekal keahlian kepo yang aku miliki, aku tahu kalau Kuntet itu ternyata angkatan tua hahahahaha 2011 vroooh :D Pas pertama kali tahu hal itu dari Pengkor (bukan nama sebenarnya), satu hal yang terbersit di otakku adalah: “kok-bisa-baru-KKN-sekarang-sih-mas?”

Pertanyaan itu terjawab saat kami berdelapan secara resmi berkenalan di pelataran Perpustakaan UGM yang remang-remang. Kuntet menjelaskan lika-liku kehidupan kampusnya yang ironi layaknya serial Cinta Fitri sampai-sampai baru bisa mengikuti KKN di tahun 2016 ini. Dari perkenalan itu juga aku tahu, bahwa aku dan Kuntet sama-sama sedang berjuang untuk bisa pendadaran sebelum kita berangkat KKN. Jujur, seneng banget waktu itu punya temen seperjuangan, ini jadi suntikan semangat tersendiri buat aku hiks :’)

Awalnya aku masih sungkan untuk memanggil beliau (ceileeeh) dengan panggilan Kuntet, secara kan ya, beliau kan t-u-a. Wkwkwk. Sampai pada saat keberangkatan kami ke Banjarnegara pun aku masih memanggilnya Mas Fian. Hahaha imut banget nggak sih? Aku nggak tahu sejak kapan aku jadi manggil dia Mas Kuntet, dan nggak tahu sejak kapan juga aku jadi manggil Kuntet “papah”. Hahaha yang aku tau, aku ngiri sama subunit sebelah yang manggil Dhanu “papah”, jadilah Kuntet yang jadi korban karena doi yang paling t-u-a wkwkwkw.

Kuntet itu sopir keluarga, papah juara kedua (karena juara satunya tetep bapakku) yang genitnya nggak ada duanya. Tempat curhat yang ngeselin tapi ada benernya juga. Kuntet yang ngajarin aku kalau baper itu pilihan. Dan kalau kamu udah milih buat baper, ya nikmatin aja selagi masih bisa. Hahaha rada gila emang, tapi cukup bikin aku jadi lebih enteng menjalani that-damn-stupid-thing-called-baper. Terima kasih ya papaaaah :3

Tungky Aria Ilote Mamboro Salim

Yeaaaayy! Akhirnya aku bisa menulis nama lengkapmu dengan cepat, Ky! Hahaha. Pertama kali lihat Tungky, aku kira dia itu non-muslim. Gimana enggak, dengan muka mirip Cina dan tinggi yang luar biasa, ditambah lagi nama belakangnya yang kayak marga orang Indonesia Timur, aku hampir 100% yakin Tungky ini non-muslim. Ternyata eh ternyata, pada suatu malam perayaan nuzulul quran, aku mendapati Tungky duduk bersila di masjid dengan kemeja biru dan bawahan sarung sedang memperhatikan ceramah dari ustad yang diundang. Barulah saat itu aku sadar, ternyata Tungky orang Islam :’)

Tungky itu orangnya diem. Nggak ngomong kalau nggak diajak ngomong. Kadang-kadang dia suka nyeletuk sih, tapi celetukannya malah bikin yang lain jadi diem. Krik. Krik. Krik.

Sampai saat ini aku masih nggak ngerti kenapa anak-anak kecil di masjid dusun kami seneng banget ngerubutin(?) Tungky. Mungkin karena mereka nggak pernah lihat orang setinggi itu kali ya. Pernah juga ada cewek yang sudah tidak tergolong anak-anak minta nomor HP Tungky ke aku hahahaha jelas nggak akan aku kasih lah wkwkw.

Overall, Tungky enak kok orangnya, walaupun lebih sering flat -__- apa lagi sih ya.... banyak sebenernya yang bisa diceritain soal Tungky, tapi menuangkannya dalam tulisan itu yang susah. Tungky itu unik dengan caranya sendiri. With every single thing you have, you’re adorable, Ky : )

Bayu Setiawan

Sang kapten mBeran kalau kata Amin. Bayu ini dangduters, ada bunyi kendang dikit aja dia joget. Klop banget sama anak sulung Pak Kepala Dusun Beran, si Adi. Saking klopnya sama Adi, Bayu sampai ngbluetooth puluhan koleksi lagu dangdutnya Adi ke hapenya. Ckckck. Nah ngomong-ngomong soal dangdut, kami Keluarga Kebangsaan mBeran punya lagu kebangsaan yang juga dangdut. Wkwkwk. Berawal dari acara perayaan lebaran di dusun kami, ada sebuah lagu dangdut yang diputar berulang kali dan memang intronya unik. Jadilah lagu itu lagu wajib yang harus diputar di setiap ada kesempatan.

Bayu itu orangnya panikan. Hahahaha. Pernah suatu malam dia diisengin sama anak pondokan aku, dikabarin kalau Cicip sakit sampe dioksigen. Bayu sampai ngePM semua anak pondokanku nanyain gimana keadaannya Cicip saat itu. Padahal kalian tahu? Tali putih di foto Cicip yang dikirimkan ke Bayu itu adalah kabel headset! LOL XD

Sebagai kormasit, Bayu tanggung jawab banget kok, walaupun santai. Kerja sama Bayu nggak perlu pusing mikir aturan ini, larangan itu, yang penting adalah bagaimana kita bisa berbaur dengan masyarakat dan membuat masyarakat bisa menerima kita dengan tangan terbuka. Kalau kalian tanya siapa yang paling akrab sama warga Beran, ya Bayu orangnya.

Muhammad Rizki Amin

Nulis sampai di sini aku baru sadar, ternyata semua cowok di keluarga ini lebih tua dari cewek-ceweknya. Hahaha.

Di KKN ini, alhamdulillah Amin sudah bisa Bahasa Jawa. Hahaha. Iya, Amin ini orang Sulawesi Tenggara. Kalau kalian tahu Wakatobi, nah, rumahnya Amin jauh dari sana. Wkwkwk. Dari curhatan-curhatan Amin, dia ngaku kalau dia susah bilang “enggak”. Amin ini kasihan, seringkali dia dibodohi orang wkwkw. Karena itu aku suka iseng membodohi Amin, dan Amin-nya percaya aja wkwkw. Maafkan aku, Min :D

Sebagai cowok yang terlihat paling alim di Keluarga mBeran, pesona Amin juga menarik seorang gadis mBeran loh hahahahai. Sampai-sampai seluruh dusun tahu kasusnya Amin yang ditaksir sama si kembang desa. Eeaaa. Jadi inget waktu Amin bilang kangen sama aku Cuma gara-gara mau curhat soal permasalahan asmaranya ini wkwkwk.

Ciptaningsih

Dipanggilnya Cicip. Teman satu pondokan, satu kasur, dan satu permainan(?) maksudnya, kita berdua sama-sama suka Kpop. Hahaha yeay! Cicip ini Cassiopeia merangkap Army yang tergila-gila sama Seventeen. Berkat Cicip, sekarang aku jadi kenal lagu-lagunya Seventeen dan Mamamoo yang sebelumnya aku minat untuk lihat membernya aja enggak.

Cicip itu salon berjalan. Alat make-up-nya super lengkap, sist. Mana mahal semua. Pernah dia iseng-iseng menghitung jumlah harga make-up di dalam tasnya, dan berhenti di angka...... sudahlah, itu bisa buat bayar duit BOP saya.

Sebagai anak semata wayang, nggak heran kalau Cicip sering kayak anak kecil khususnya dalam mengeluarkan jurus-jurus andalannya. “hiyak!”, “heittt!”, “eyayaya”, dan serangkaian jurus lainnya yang Cuma Cicip aja yang ngerti artinya.

Karindanesia Citra Asri

Nah ini. Kembang tim KKN JTG-04. Wkwkw. Nggak ada orang di Desa Giritirta yang nggak tahu Nesia. Hahahaha. Tenang aja, Nes, nggak akan aku ceritakan di sini kok. Harga dirimu aman di tanganku B-)

Nesia paling doyan ngomongin soal jodoh. Kalau dipancing dikit, keluarlah semua hasil bacaan fiqih pernikahannya. Aku sampe curiga, kayaknya Nesia ini pernah beberapa kali ikut kajian pra nikah deh. Subhanallah ya ukhti.

Nesia ini teman satu pondokan aku juga, walaupun beda kasur. Hobi Nesia di pondokan adalah nyuci. Nesia nyuci baju hampir setiap hari dan herannya cuciannya selalu banyak. Sampai nggak bisa bedain, dia itu Nesia atau mbak mbak laundryan.

Lama lama kok aku describe-nya makin dikit ya? Mungkin karena udah ngantuk -.- oke lanjut!

Dhiah Asri Kurniawatie

Nggak salah kalau Dhiah jadi yang paling muda. Muka sama suaranya paling imut-imut juga soalnya hahaha. Seneng banget kalau denger Dhiah manggil “mbak Wiiid~”, rasanya pengen tak unyel-unyel pipinya, tapi sayang pipinya Dhiah tirus jadi takut habis kalau aku unyel-unyel hehehehe.

Dhiah alergi ayam sama tongkol. Aku juga baru tau ini pas udah mau selesai KKN. Padahal selama di tempat KKN sering banget dimasakkin tongkol sama ibu pondokan. Sampai nggak tega liatnya kalau alerginya Dhiah kambuh. Kayaknya mulai sekarang kamu jadi vegetarian aja deh, Dhi, biar aman....

Karena beda pondokan, aku jadi nggak tahu kebiasaan tidur atau nyucinya Dhiah wkwkw. Tapi Dhiah itu paling telaten kalau ngadepin Aida (anak Bu Lurah yang baru 4 tahun). Padahal aku yang serumah sama Aida aja nggak setelaten itu -_-v

Sudah kan yaaa? Sudah aku describe semuaaa! Kalau ada yang ngerasa masih kurang banyak describe-nya, besok-besok lagi aku bikin satu orang satu postingan deh. Sekarang mau tidur dulu. Takut kesiangan shalat ied. Bye bye!

11 September, 2016

Tenang Saja, Ini Bukan Cinta

Malam ini, jemariku ingin kembali menari di atas keyboard yang sudah lumpuh (hampir) separuh. Sepertinya mereka rindu saat-saat dimana aku mempekerjakan mereka untuk menulis kata demi kata yang akhirnya bersatu menjadi lima bab keramat yang orang-orang namai dengan skripsi.

Aku memutar otak, membongkar hipocampus mencari ilham untuk sebuah tulisan. Nihil. Nampaknya liburan kemarin membuat isi otakku ikut hanyut bersama ombak laut selatan.

Jemariku lesu. Dengan gontai ia terseok di atas mouse, memilih untuk membuka folder berdebu satu demi satu. Tak lama, jariku berhenti di sebuah gambar, dengan tulisan singkat namun mampu memberi impuls yang cepat pada neurotransmitter otak.


Aku tersenyum (bukan senyum sebenarnya), dan teringat kamu.

“....bahwa cinta nggak boleh perhitungan....”

Aku teringat kamu. Teringat semua perbincanganku dengan mereka yang subyek utamanya adalah kamu. Teringat semua pemikiran dan reaksiku yang impulsnya berasal dari kamu.

Semua tentang kamu secara tidak sadar selalu aku perhitungkan. Semua fakta tentang kebiasaanmu, keluargamu, sampai spekulasi-spekulasi yang aku reka sendiri tentang kehidupan asmaramu atau hanya sekedar menerka responmu jika aku melakukan ini atau itu.

Aku tidak tahu sejak kapan aku jadi sekonservatif ini pada diriku sendiri. Aku tidak mau melakukan suatu aksi yang hasilnya tidak kuketahui dengan pasti. Begitupun tentang kamu, aku masih membentengi diriku. Tak mau kuberbagi rasa, sampai aku yakin kau punya hal yang sama untuk dibagi berdua.

Haha. Kau ingin tertawa? Tertawa saja. Karena saat menulis ini aku pun tertawa seperti orang gila. Sudahlah, tak usah kau terlalu memikirkan ini semua. Kau tahu benar aku ini orang seperti apa. Kau tahu  bahwa aku hanya sedang ingin bercerita tanpa sedikitpun menyalahkanmu atau meminta pertanggungjawabanmu atas apa yang aku rasa. Aku yakin kamu mengerti bahwa aku menikmati ini dan bersedia untuk bertanggungjawab penuh atas pilihan yang aku buat sendiri.

Seperti yang aku bilang tadi, semua sudah aku perhitungkan. Termasuk juga posisimu dan posisiku. 

Jadi tenang saja, ini bukan cinta :)

Tapi kalau satu atau dua bulan lagi, aku nggak tahu ya :p


PS :: to be very honest sekali, aku pengen kita ngobrol dan ketawa lagi tanpa mikirin semua keribetan ini