Pages

09 September, 2014

Dear Mom...







Hhhhhh~~ aku menghempaskan tubuhku begitu saja ke atas kasur. Lelah. Sangat. Dengan segala schedule yang padatnya bisa merontokkan segala macam tulang yang menyusun rangkaku. Kuraih ponsel yang terletak tak jauh dariku dan membukanya sambil duduk memeluk bantal. No sms. No missed call. No notification. Oke aku benar benar sendiri sekarang. Ck.




I’m feeling tired today..


Left alone in the room hugging a pillow..


Touching my phone distracted my mind..


It’s lonely to eat tonight..




Ponsel yang tadi kulemparkan sembarangan kini berdering riang. Siapa yang menelepon malam malam? Dengan malas kuraba seluruh penjuru tempat tidur meraih sumber suara. Ah! Akhirnya ketemu juga. Segera kulihat tulisan yang tertera di layar.


Eomma calling...


“yoboseyo? Ne, eomma~ wae geurae?”


“anni~  tidak ada apa apa. Kau sudah makan?”


Oiya makan! Saking lelahnya aku sampai lupa. Sebenarnya malas juga, makan, sendirian. Hhh~ “eh? Ne~ sudah tadi. Kenapa setiap meneleponku selalu bertanya itu, eh? Seperti tidak ada pertanyaan lain saja” maaf eomma, aku berbohong. Kalau aku katakan aku belum makan pasti kau akan langsung mengomel.


“memangnya kenapa? Eomma hanya memastikan kau tidak kelaparan di sana”


“memangnya kalau aku kelaparan di sini, eomma akan membawakanku makanan langsung dari Incheon, eh? Tidak, kan?”


“ya Hyoyeon-ah! Sopan sedikit pada eomma-mu! Aish~ anak ini!”


“hehe..mianhae, eomma~ aku kan hanya bercanda~”


“ya sudah, kau istirahatlah. Baik baik di sana. Annyeong~”


“neee~~~”


Klik. Aku mematikan sambungan telepon. Tapi tulisan yang ada di layar membuatku terus terpaku menatapnya. Eomma...




Suddenly, I was frightened by the ringing phone..


My mom’s worried voice asked if I’ve eaten..


These words annoyed me but today it’s different..


The forgotten promises are remembered..




Eomma... aku terus menatap kosong layar ponsel yang memunculkan fotonya. Sejak aku melanjutkan kuliahku di Seoul, tidak ada lagi yang meneriakiku untuk makan tepat waktu, tidak ada lagi yang menyiapkan obat, teh, dan sup hangat untukku seusai aku bermain hujan, dan tidak ada lagi yang mengusap-usap kepalaku dengan lembut saat aku sedang menceritakan keluh kesahku. Mom.. I miss you...


Aku ingat, sehari sebelum keberangkatanku ke Seoul dulu, aku merebahkan diri di atas pangkuannya, dan ia mengusap-usap kepalaku dengan sayang, aku berjanji padanya..


“Yeonnie janji akan belajar dengan giat disana, eomma.. menjadi gadis yang baik, tidak melupakan pesan-pesan eomma, dan akan menjadi anak kebanggaan keluarga..”


Aku ingat semua itu dengan jelas, sangat jelas...




I will be a person with pretty heart..


And become a person who is selfless..


I’ll keep the love of my mother’s wishes..


I think of mother who used to share my dreams and brush my hair..




Pandanganku menerawang menatap langit-langit ruangan..


“kenapa harus di sana, Yeon-ah? Kenapa tidak di sini saja menemani eomma? Universitas di sini juga bagus..” katanya suatu hari.


Eomma~ aku ingin jauh dari rumah, agar nanti kalau aku kabur menonton konser Super Junior kau tidak akan tahu nyehehehehe.


“kalau ada universitas yang lebih bagus kenapa tidak di sana saja, eomma? Lagipula aku juga sudah diterima” aku beralasan.


“ya sudah kalau itu memang sudah jadi keputusanmu. Eomma hanya bisa mendoakan keselamatanmu, kau jangan berbuat macam-macam di sana, arrachie?”


“memangnya aku akan berbuat apa? Eomma ini ada ada saja.” Aku lalu sibuk dengan pekerjaanku lagi. Aku tahu eomma memperhatikan aku, tapi biarkan saja lah.




Though I’ve made hurtful wrong choices..


You silently watched over me from behind..


But now I think more than an innocent child..


The meaning of mom’s silent prayers..




“Tuhan... Aku tahu dia sudah dewasa sekarang, bukan Yeonnie kecilku yang setiap hari masih bermain bola dan boneka lagi. Hyoyeon sudah bukan anak TK lagi, dia sudah lulus SMA dan akan menjadi mahasiswi..”


“Aku percaya dia bisa menjaga dirinya sendiri, tapi semua tak akan berarti tanpa uluran tanganMu, Tuhan. Jadi kumohon, apapun yang dilakukannya, dimanapun dia berada, lindungilah anakku, Tuhan..”


“bantu dia menggapai cita-citanya, berilah selalu kebahagiaan untuknya, berkati dia, Tuhan.. kumohon...”


Malam itu tak sengaja kulihat eomma sedang berlutut di ruang ibadah, memanjatkan doa pada Tuhan. Di ujung doanya ia terisak. Eommaku menangis. Untukku. Tuhan........




I will be a person with pretty heart..


And become a person who is selfless..


I’ll keep the love of my mother’s wishes..


I think of mother who used to share my dreams and brush my hair..




Aku beralih memeluk guling, masih dengan tatapan kosong. Tugas kuliahku selalu menggunung, aku canggung bergaul dengan teman-temanku, mereka semua berasal dari kalangan atas, tidak seperti diriku, belum lagi masalah dengan Eunhyuk oppa yang selalu mengusik pikiranku. Apa aku bisa menghadapi semua ini sendiri? Sedangkan faktanya aku hanyalah seorang gadis berusia 17 tahun. Eomma...otteohke?




What will I do? Yet my heart is small..


Can I do better without holding mother’s hand?




Kembali aku duduk dan memeluk guling, menangkupkan kedua tanganku, dan berdoa.


“Tuhan... aku takut.. aku takut menghadapi semua ini sendiri.. tolong temani aku, Tuhan.. beri aku kekuatan.. bagaimanapun, aku sudah berjanji padanya untuk jadi anak yang bisa dibanggakan. Jadi, tetaplah ada untukku, Tuhan.. amin”




I’m afraid that it will still lack..


I’ll be a wise daughter of my mom..


I will be a proud daughter no matter where I go..




Kuambil foto di meja kecil di sebelah tempat tidurku. Fotoku bersama eomma.


“Yeonnie janji akan selalu jadi anak yang membanggakan dimanapun Yeonnie berada. Yeonnie janji akan selalu jadi anak baik dan selalu ingat semua pesan eomma. Eomma jangan khawatir, jaga saja kesehatan eomma di sana, ya?” kucium foto eomma, “saranghae..”




I’ll keep the love of my mother’s wishes..


I’ll show endless love..


I’ll have a warm heart..


I’m shy to express to mom..


That I really love my mom..




Message sent to : Eomma <3


Eomma saranghae :*




A songfic from Girls’ Generation’s Dear Mom



No comments:

Post a Comment