Pages

07 July, 2014

Bestfriend?





bangapseumnida... Siwon-ssi”




Tiffany mengulurkan tangannya dan tersenyum manis. Baginya, ini pertama kali dia berani berurusan dengan makhluk bernama pria lagi setelah sebulan yang lalu Hankyung dengan brengseknya sukses mengobrak-abrik dan menghancurkan hatinya.

Tiffany suka Siwon. Pembawaan dan cara berpikir Siwon hampir sama seperti ‘oppadeul’-nya yang dulu sempat menjadi orang-orang dengan prioritas utama di hatinya namun kini menghilang entah kemana. Tanpa sadar Tiffany mencari sosok ‘oppadeul’-nya itu dalam diri Siwon. Ia tahu ini salah, tapi biarlah seperti ini sampai ia berhasil mengumpulkan keping-keping dan serpihan hatinya kembali. Tiffany tidak siap kalau harus memberikan hatinya untuk Siwon. Belum.


nice to meet you too, Steff..”


Siwon membalas uluran tangan Tiffany dan tersenyum lebar hingga kedua lesung pipinya tercetak jelas. Ia memang lebih suka memanggil Tiffany dengan sebutan ‘Steffy’ daripada ‘Tiffany’ atau ‘Stephanie’. Terlalu panjang.


Tiffany bukan orang baru untuk Siwon. Fakta itu ia temukan setelah ia membongkar semua memori tentang mendiang kekasihnya. Hampir seluruh penjuru Korea memuja orang-orang yang Tiffany sebut sebagai ‘oppadeul’-nya, termasuk kekasihnya dulu. Dan Tiffany selalu ada di sana bersama mereka. Gadis yang dulu hanya ia lihat sekilas di masa lalu, kini ada di depannya dan mungkin akan mulai mengisi hari-harinya. Siwon tidak pernah menyangka hal ini. Sama sekali.

-o0o-




Keadaan membuat Siwon dan Tiffany sering bersama, entah untuk bertukar pikiran, membicarakan masalah-masalah mereka, atau hanya sekedar mengobrol hal yang tidak penting. Perlahan Siwon sadar kalau hatinya memilih Tiffany, walau Sooyoung masih berstatus sebagai kekasihnya saat itu. Brengsek? Mungkin. Tapi ini urusan hati, bukan keinginan Siwon untuk memilih Tiffany, tapi hatinya. Bukankah semua hal akan dianggap benar kalau sudah mengatasnamakan cinta?


jadi, mana yang paling pantas menurutmu?” tanya Siwon setelah meletakkan pakaian pilihan terakhirnya di hadapan Tiffany. Sepulangnya dari rehearsal MBC Gayo Daejun tadi ia langsung menculik Tiffany untuk memilihkannya pakaian yang pantas untuk dikenakan di malam pergantian tahun nanti.


Tiffany terlihat menimang-nimang keputusannya. Ia mengamati setiap detail baju-baju itu sambil sesekali memperhatikan muka Siwon. “this one.” Tiffany memilih pakaian yang ke-7 dari 9 pakaian yang Siwon keluarkan. “simple tapi tetap elegan. Dan yang paling penting tidak mengumbar aurat.”


aurat?”


abs-mu”


Pletak! Siwon dengan sukses mendaratkan sebuah jitakan ke kepala Tiffany. “itu fanservice, babo!”


what so ever, Siwon-ssi.. yang jelas aku geli melihatnya.” Kata Tiffany sambil lalu, ia sibuk memasukkan kembali baju-baju Siwon yang tadi ia gelar di sofa ke tempat semula.


Mendengar itu, Siwon yang sedang berdiri di pintu yang menuju balkon mendapat ide gila. “Miyoung-ah!”


hm?” Tiffany tidak menoleh dan tetap sibuk dengan baju-baju Siwon di lemari.


bagaimana kalau seperti ini saja?”


Dengan malas, Tiffany berbalik... “yak! Apa-apaan kau ini?! Cepat pakai bajumu!” bantal yang tadinya teronggok manis di sofa pun dengan sukses melayang mengenai muka Siwon.


hehehe keren kan? Harusnya kau bersyukur mendapat private fanservice dariku” ucap Siwon sambil memakai kembali bajunya setelah sukses mengerjai Tiffany dengan ber-shirtless ria di depannya.


cih!” Tiffany mengemasi tasnya, “sudah kan? Aku pulang dulu.”


kuantar!”


tidak usah. Dorm tidak terlalu jauh dari sini, Siwon-ssi..”


hitung-hitung sebagai bayaranmu telah memilihkan pakaian untukku.”


nah kalau itu aku mau!”


dasar kau!” Siwon mendorong kepala Tiffany dengan satu jarinya, “ayo!”


di dunia ini tidak ada yang gratis, Siwon-ssi..” elak Tiffany sambil terus berjalan mengikuti Siwon. “harusnya kau bayar aku lebih dari sekedar mengantarkan pulang.” Tiffany masuk mobil dan menutup pintunya. “and by the way, Siwon-ah.. aku jadi seperti gadis yang memilihkan pakaian untuk kekasihnya malam ini.”


Mungkin untuk Tiffany itu hanyalah sebuah perkataan tidak penting, mengingat pribadi Tiffany yang suka seenaknya sendiri, tapi untuk Siwon kalimat Tiffany barusan menyimpan sejuta harapan. Dan itu sukses membuat jantungnya berhenti berdetak untuk sepersekian detik. Memang terkesan berlebihan, tapi berharap tidak ada salahnya kan?


someday, Miyoung-ah...” gumam Siwon yang terlalu keras hingga Tiffany bisa mendengarnya.


apanya yang someday?”


Siwon hanya tersenyum ke arah Tiffany.

-o0o-


Senyumnya terlalu manis untuk Tiffany. Tingkahnya terlalu membuat Tiffany nyaman, walau kadang sedikit menyebalkan. Kebersamaan yang perlahan menjadi kebiasaan. Siwon hanyalah teman. Harusnya seperti itu. Salahkan hatinya yang lancang menyulut api cemburu saat Siwon terlalu sering menyebut nama Sooyoung ketika sedang bersama Tiffany, atau saat Siwon memanggil teman dekatnya di kantor dengan panggilan “boo”.


Dddddrrrrtttt.....


Tiffany mengambil ponselnya yang bergetar dari atas meja kecil di samping tempat tidurnya.


From :: Kuda Buluk!

Aku tahu kau masih memikirkanku B-)
Tidurlah, Miyoung-ah~ kkk~

C’mon, Steff.. he’s your friend! Teman. Hanya teman. Mom tidak pernah mengajarkanmu untuk merebut pacar orang. Dia masih milik Sooyoung, Miyoung-ah....” omel Tiffany pada dirinya sendiri.


To :: Kuda Buluk!

zzZZzzZz....

-o0o-


Cicit burung pipit menghiasi pagi hari di penghujung tahun ini. Tiffany yang masih setengah sadar dari tidur lelapnya dengan malas meraba meja kecil di samping tempat tidur, mencari ponselnya. Ada 1 pesan untuknya. Hal yang sangat jarang terjadi pada gadis jomblo mengenaskan seperti Tiffany.


From :: Hankyung Tan

Saengil chukkae, Miyoung-ah..
Maaf tidak bisa mengucapkannya tepat jam 12 malam tadi, aku lelah sekali..
Tetaplah jadi gadis yang ceria.. Best wishes for you :)

Tiffany mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia perlu mengumpulkan segenap nyawanya untuk meyakini bahwa ini nyata. Hankyung yang dulu melepaskannya, menghancurkan hatinya hingga tak bersisa, kini mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Senang? Jangan ditanya. Bahkan air matanya sudah mulai keluar dari tempat peraduannya karena terlalu bahagia.


Dulu, baik Hankyung maupun Tiffany tidak ada yang pernah menyangka kalau mereka akan menyerahkan hati satu sama lain. Hankyung terlalu menyebalkan dan kekanakan bagi Tiffany, dan Tiffany terlalu buas untuk ukuran seorang wanita di mata Hankyung. Namun ketika cinta sudah merajut benangnya di antara kedua anak manusia itu maka tak ada yang bisa mengelak. Seunghyun yang pertama kali menyadari semuanya. Ia yang membuat Hankyung mengakui semua yang ia rasakan di hadapan Tiffany.


Tapi Seunghyun juga lah yang menyuruh Tiffany untuk meninggalkan Hankyung dengan alasan Hankyung tidak lebih baik dari dirinya. Sama-sama pria brengsek sepertinya. Seunghyun tidak mau adik kesayangannya harus tersakiti oleh pria macam Hankyung.


Sekarang Hankyung ingat hari ulang tahun Tiffany. Hal yang mungkin sepele bagi Hankyung, tapi berarti besar untuk Tiffany. Mungkinkah Hankyung masih mencintainya dan ingin kembali padanya? Semoga saja. Karena Tiffany juga belum bisa melupakan bayang Hankyung yang dulu pernah benar-benar membuatnya takluk di hadapan sang cinta.


Jalan kita sudah berbeda, Miyoung-ah...”


Tiba-tiba Tiffany teringat kata-kata Hankyung. Satu kalimat itu membuat Tiffany mengubur lagi harapannya dalam-dalam. Hankyung sendiri yang sudah tidak ingin bersama Tiffany. Mengapa Tiffany harus terus berharap kalau Hankyung akan kembali? Untuk apa mengharapkan hal yang sudah pasti tidak akan terjadi?


To :: Hankyung Tan

Thanks :’)
-o0o-




Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan tidak satupun pria brengsek yang mengaku sebagai sahabatnya itu mengucapkan selamat ulang tahun untuk Tiffany. Ia sudah cukup sabar menunggu seharian penuh dengan keyakinan bahwa mereka sibuk dan akan menemuinya nanti. Tapi kenyataannya? Bahkan mengirim sms pun tidak! Sahabat macam apa?!


Dddddrrrtttt....


Monkey calling....


hm?” Tiffany mengangkat telepon dari Eunhyuk dengan ketus.


ya! Ke rooftop sekarang!”


Klik! Eunhyuk memutuskan sambungan teleponnya. “Apa apaan monyet satu ini? Seenaknya menyuruh orang naik ke rooftop. Untuk apa? Menemanimu bunuh diri? Cih!”


Tiffany tidak memedulikan perintah Eunhyuk dan tetap fokus pada film thriller kesukaannya di televisi. Baginya, lebih penting mengetahui bagaimana si pembunuh melancarkan aksinya kali ini daripada meladeni sahabatnya yang bahkan ingat hari ulang tahunnya saja tidak.


Tapi untuk apa Eunhyuk menyuruhnya ke rooftop? Tidak biasanya Eunhyuk mengajaknya ke tempat itu. Tiffany mulai gundah. Biasanya Eunhyuk akan mengajaknya ke cafe untuk membeli milkshake strawberry kesukaannya atau membeli permen kapas lalu duduk-duduk di tepi Sungai Han jika ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Tapi ini? Eunhyuk memang terlihat mengenaskan kemarin. Dengan sejuta permasalahan di kantor dan di rumahnya, belum lagi soal hubungannya dengan Hyoyeon yang harus terus disembunyikan, monyet itu sempat mengeluh ingin mengakhiri hidupnya saja pada Tiffany kemarin. Mungkinkah?


monyet bodoh!” tanpa mengganti bajunya ataupun mengenakan jaket, Tiffany langsung berlari ke rooftop menyusul sahabatnya yang mungkin akan mengakhiri hidupnya sekarang juga. Bagaimanapun, hidup Eunhyuk masih panjang, masih banyak yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki semua masalahnya. Belum saatnya dia mati.


Tiffany sampai di rooftop dan mendapati kegelapan yang teramat sangat. Tidak ada tanda-tanda Eunhyuk ada di sana. Yang ada hanyalah sayup-sayup suara kendaraan dan kerlap-kerlip lampunya dari kejauhan.


Eunhyuk-ah~! Eodisseo?” Tiffany melihat berkeliling, namun tetap tidak terlihat bahkan sekedar siluet tubuh Eunhyuk. Kemungkinan terburuk yang Tiffany pikirkan, Eunhyuk sudah menjatuhkan dirinya tanpa menunggu ia datang kesini. Ia berjalan ke tepi gedung dan melihat ke bawah, mungkinkah sahabatnya itu benar-benar melakukannya? “Eunhyuk-ah....”


Grep!


kyaaaaaaaaaaaa~~~~!!!!” teriakan Tiffany melengking hebat saat ada seseorang yang mencengkeram bahunya dan seolah akan menjatuhkannya dari atap gedung. Di belakangnya ada orang jahat yang mencengkeramnya dan siap menjatuhkannya kapanpun, pikirnya. Tubuh Tiffany kaku. Keringat dingin mulai meluncur turun di wajahnya yang sudah pucat pasi. Ia menutup matanya rapat-rapat, takut sekaligus pasrah pada apa yang akan orang jahat itu lakukan padanya.


happy birthday, Miyoungie...”


Suara itu?


Perlahan Tiffany berbalik dan membuka matanya. Rooftop masih gelap seperti pertama kali ia menginjakkan kakinya di sini beberapa menit lalu. Tapi kali ini ada pria yang berdiri tegak di hadapannya, memandangnya dengan tatapan teduh yang selalu Tiffany suka. Pria itu tersenyum, lembut sekali.


oppaaaaaa.....” Tiffany menghambur ke pelukan pria di depannya. Ia kesal, takut, marah, sekaligus senang diberi kejutan seperti ini. “aku pikir aku sudah mau mati tadi.. takut sekali..”


Pria itu balas memeluk Tiffany dan mengusap pelan kepalanya, “haha maaf, Miyoungie...”


jangan bohong, Miyoung-ah.. aku tahu kau berkata seperti itu agar dipeluk Yesung hyung, kan? Terlihat jelas, Miyoung-ssi..” Eunhyuk muncul tiba-tiba dan terkekeh, “pakai dulu jaketmu!” ia menunjukkan jaket warna peach milik Tiffany.


Tiffany dan Yesung saling melepaskan pelukan mereka. Yesung memberi isyarat pada Tiffany untuk menuruti apa kata Eunhyuk. Tiffany menghampiri Eunhyuk dan memakai jaketnya. Eunhyuk lalu membuka tangannya memberi tanda pada Tiffany untuk memeluknya. Dengan bibir mengerucut, Tiffany memeluk Eunhyuk.


Saengil chukkae..”


mm.. gomawo..”


ya! Ya! Kenapa kalian mesra sekali?! Tanganku sudah kram membawa kue tart ini, bodoh!” gerutu Siwon menghampiri Tiffany yang  masih memeluk Eunhyuk. Tiffany melihat ke arah Siwon dan tergelak. Lengkap sudah kebahagiaannya malam ini. Tiffany sudah siap meniup lilin di atas kue tart itu namun dipotong oleh Siwon, “make a wish first, Steff..”.


Tiffany tersenyum dan memejamkan matanya.


Terima kasih, Tuhan.. Kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup sampai detik ini. Jadikan aku hambaMu yang lebih baik lagi, Tuhan.. Jaga semua orang yang aku sayangi.. dan..... tolong kembalikan hatiku yang telah dia ambil agar aku bisa memberikannya untuk seseorang yang pantas di kemudian hari. Amin.

No comments:

Post a Comment