Pages

01 April, 2018

Alina & Adora



Alina dan Adora adalah tokoh utama dalam sebuah thread yang (sangat) panjang dan (sangat) viral di twitter yang berjudul (kalau nggak salah) “Alina & Adora: Kisah Cinta 5 Tahun dengan Seorang Faker”. Thread dibuat oleh Adora di akun twitternya @sinnamoanrolls. Thread itu menceritakan Adora yang terjun ke dunia roleplayer dan bertemu dengan pemilik sebuah akun roleplayer juga yang bernama Hilman. Seiring berjalannya waktu, Adora berpacaran dengan Hilman secara real, walaupun belum pernah bertemu sama sekali. Hanya bermodalkan chat, voice note, telepon, dan video call. Suatu hari Adora bertemu dengan adik angkatan di kampusnya yang bernama Alina dan mengaku sebagai teman Hilman. Singkat cerita, setelah berpacaran selama 20 bulan dengan Hilman tanpa pernah bertemu, Adora akhirnya mengetahui bahwa sosok Hilman itu tidak pernah ada dan yang selama ini chat dengannya adalah Alina.

Awalnya malah bukan cerita Alina-Adora ini yang menarik perhatianku, melainkan update-an blog Bang @ficofachriza_. Update-an blog itu bercerita pengalamannya yang hampir sama dengan kisah Alina-Adora, namun doi disadarkan oleh Mas Alitt (@shitlicious) bahwa pacar dari dunia mayanya itu adalah fake dengan cara ngesearch foto yang diupload oleh akun pacar dunia mayanya ke Google Image. Dari hasil search by image yang dilakukan Mas Alitt, ternyata foto-foto yang selama ini dipake oleh pacar-dunia-mayanya Bang Fico sebenarnya adalah foto-foto artis dari Thailand. Luluh lantaklah hati Bang Fico setelah tau bahwa selama ini doi dibohongi habis-habisan sama pacar dunia mayanya.

Nah karena cerita pengalaman Bang Fico itu terinspirasi setelah doi baca cerita Alina-Adora, dan beberapa selebtweet juga pada ngomongin cerita itu, jadilah aku baca cerita Alina-Adora. Aku baca cerita panjang itu tadi pagi dan langsung pusing pas selesai baca. Selain baca ceritanya, aku juga baca komentar-komentar maha benar netizen tentang cerita itu, termasuk komentar-komentar di blog Bang Fico.

Bukan, di sini aku bukan mau cerita pengalaman yang mirip dengan Alina-Adora, walaupun ya, aku pernah merasakannya. Di sini aku ingin cerita bagaimana perasaanku setelah membaca beberapa pengalaman-pengalaman orang lain yang hampir sama denganku.

Di satu sisi, aku ikut prihatin dan sedih. Aku sangat mengerti bagaimana berada di posisi mereka yang menyayangi bahkan mungkin mencintai dengan sepenuh hati tapi ternyata yang mereka sayangi dan cintai tidak pernah ada. Kita (aku dan mereka yang pernah mencintai seorang faker), mungkin terlihat seperti orang dengan skizofrenia. Dan, pada akhirnya, ketika kita mengetahui bahwa orang yang kita cinta tidak pernah ada dan ketika orang-orang lain mendengarnya juga, mereka (orang-orang lain yang mendengar fakta itu) hanya bisa menyindir bahkan mencemooh tanpa pernah berusaha mengerti bagaimana posisi kita.





x

Tapi di lain sisi, mungkin ini terdengar jahat, aku bersyukur. Aku bersyukur karena ternyata banyak sekali orang di luar sana yang mengalami hal yang sama, bahkan orang terkenal (Bang Fico twitternya udah verified) sekalipun. Dulu, setelah kejadian itu, bahkan mungkin sampai sekarang, aku selalu merasa akulah orang terbodoh di dunia karena menerima kebohongan dengan sebegitu mudahnya. Kenapa aku tulis “menerima kebohongan” dan bukan “percaya”? Karena pada saat itu aku bukan yang bener-bener percaya dan yakin dengan apa yang si faker bilang, tapi lebih seperti berpikir “ya ngapain juga dia bohong, untungnya buat dia apa? Kalaupun dia bohong yaudah itu urusan dia sama Tuhan”. Cuma memang sampai sekarang aku juga belum ngerti sebenernya apa sih alasan orang-orang itu ngefaker? Apakah dia tidak cukup percaya diri dengan identitasnya untuk menjalani kehidupan sosialnya? Kalau memang seperti itu, bukankah akan lebih baik bila datang ke psikolog untuk meminta bantuan? 

Well, setelah baca beberapa cerita dan pengakuan beberapa orang yang pernah mengalami hal seperti Adora, mungkin sudah saatnya aku mulai memaafkan dan memaklumi diriku sendiri. Bahwa hal seperti itu nggak cuma dialami sama aku aja tapi banyak orang mengalaminya juga. Bahwa tidak salah untuk percaya, hanya saja perlu kehati-hatian ekstra apalagi soal cinta.

No comments:

Post a Comment