Haloooooo!! Hahaha gara-gara semalem
nulis, jadi ketagihan pengen nulis lagi wkwk. Kali ini nulis apaan ya? Hmmmm....
gimana kalau kita ngomongin orang aja? Wkwkw. Kali ini korbannya keluarga baru
aku aja deh: Keluarga Kebangsaan mBeran B-)
Apa itu Keluarga Kebangsaan mBeran?
Jadi gini, kurang lebih dua bulan yang lalu
aku (baru) menjalani yang namanya Kuliah Kerja Ngendong (read: main), eh
maksudnya Kuliah Kerja Nyata atau KKN di Desa Giritirta, Banjarnegara. Desanya nggak
jauh dari dataran tinggi Dieng, jadi bisa dibayangkan ya dinginnya kayak apa di
sana. Selama 49 hari di sana kayaknya nggak pernah deh mengalami suhu udara 20
derajat celsius, pasti selalu di bawah itu. brrr.
Desa Giritirta terdiri atas lima dusun,
guys. Melikan, Beran, Sendangarum atau Mlela, Giritirta, dan Pandanarum atau
ngGermadang. Nah, tim KKN kami yang terdiri dari 30 mahasiswa galau, selo, dan
mellow dibagi menjadi empat subunit untuk menangani kelima dusun tersebut. Subunit
pertama adalah Melikan, diketuai oleh Hasta Ziyad Normanda, mahasiswa paling
makmur di JTG-04 (kode unit KKN kami). Subunit kedua, ini subunit aku, adalah
subunit mBeran. Diketuai oleh pedangdut akut Bayu Setiawan. Untuk subunit
ketiga, mereka mengurus dua dusun, Mlela dan Giritirta. Ketuanya adalah ehm
uhuk uhuk.. (ceritanya writer keselek) ketuanya adalah Septian Dhanu. Dan subunit
terakhir adalah Pandanarum yang letaknya nun jauh di sana, sampai-sampai kita
sering meledek mereka bukanlah subunit dari JTG-04 tapi unit sebelah. Wkwk kasian
mereka. Apalagi dengan kormasit (koordinator mahasiswa subunit) dedek dedek
yang nggak emesh Giusti Ghivarry, lengkap sudah kriteria mereka menjadi kaum
terbully. Wkwkwk.
Nah sekarang
kita fokus ke subunit mBeran. Subunit aku ini terdiri dari 8 mahasiswa, 4 cewek
dan 4 cowok yang kata ibuku disengaja sama dosen bikin kita pasang-pasangan,
padahal enggak sama sekali -_- FYI ya guys, pembagian anggota subunit itu
sepenuhnya hak prerogatif Yang Terhormat Bapak Kormanit (koordinator mahasiswa
unit) JTG-04, Bapak Sabariyanto Siswosukarto. Anggota dipilih
berdasarkan pada potensi dan masalah yang ada pada dusun yang kemudian
disesuaikan dengan bidang studi, keahlian, dan kepentingan mahasiswa. Jadi
kalau mau dibikin romantis, ya memang kami berdelapan inilah yang dibutuhkan oleh
Dusun mBeran :’)
Dari kiri ke kanan: Atas: Amin, Bayu, Tungky, Alfian (Kuntet). Bawah: Cicip, Dhiah, Nesia, Saya
Empat puluh sembilan hari bersama, dari
mulai bangun tidur, kerja, membaur dengan warga, makan bersama, sampai menikmati
lebaran bersama membuat hubungan kami semakin lama semakin erat layaknya
keluarga. Kami layaknya pecahan puzzle yang punya sudut berbeda-beda tapi
dengan anehnya bisa menyatu dengan pas dalam sebuah ikatan “keluarga”, Keluarga
Kebangsaan mBeran :’)
Alfian Romadhoni
Eeaaa.... here’s our tetua,
Kun-kun-kunteeeett :D Panggilan Kuntet diambil dari nama lapangannya di
Geofisika. Jujur, pertama kali lihat Kuntet aku kirain dia Alfian sang Kormanit
tahun lalu, ternyata bukan wkwkwkwk. Berbekal keahlian kepo yang aku miliki,
aku tahu kalau Kuntet itu ternyata angkatan tua hahahahaha 2011 vroooh :D Pas
pertama kali tahu hal itu dari Pengkor (bukan nama sebenarnya), satu hal yang
terbersit di otakku adalah: “kok-bisa-baru-KKN-sekarang-sih-mas?”
Pertanyaan itu terjawab saat kami
berdelapan secara resmi berkenalan di pelataran Perpustakaan UGM yang remang-remang.
Kuntet menjelaskan lika-liku kehidupan kampusnya yang ironi layaknya serial
Cinta Fitri sampai-sampai baru bisa mengikuti KKN di tahun 2016 ini. Dari perkenalan
itu juga aku tahu, bahwa aku dan Kuntet sama-sama sedang berjuang untuk bisa
pendadaran sebelum kita berangkat KKN. Jujur, seneng banget waktu itu punya
temen seperjuangan, ini jadi suntikan semangat tersendiri buat aku hiks :’)
Awalnya aku masih sungkan untuk memanggil
beliau (ceileeeh) dengan panggilan Kuntet, secara kan ya, beliau kan t-u-a. Wkwkwk.
Sampai pada saat keberangkatan kami ke Banjarnegara pun aku masih memanggilnya
Mas Fian. Hahaha imut banget nggak sih? Aku nggak tahu sejak kapan aku jadi
manggil dia Mas Kuntet, dan nggak tahu sejak kapan juga aku jadi manggil Kuntet
“papah”. Hahaha yang aku tau, aku ngiri sama subunit sebelah yang manggil Dhanu
“papah”, jadilah Kuntet yang jadi korban karena doi yang paling t-u-a wkwkwkw.
Kuntet itu sopir keluarga, papah juara
kedua (karena juara satunya tetep bapakku) yang genitnya nggak ada duanya. Tempat
curhat yang ngeselin tapi ada benernya juga. Kuntet yang ngajarin aku kalau
baper itu pilihan. Dan kalau kamu udah milih buat baper, ya nikmatin aja selagi
masih bisa. Hahaha rada gila emang, tapi cukup bikin aku jadi lebih enteng
menjalani that-damn-stupid-thing-called-baper. Terima kasih ya papaaaah :3
Tungky Aria Ilote Mamboro Salim
Yeaaaayy! Akhirnya aku bisa menulis nama
lengkapmu dengan cepat, Ky! Hahaha. Pertama kali lihat Tungky, aku kira dia itu
non-muslim. Gimana enggak, dengan muka mirip Cina dan tinggi yang luar biasa,
ditambah lagi nama belakangnya yang kayak marga orang Indonesia Timur, aku
hampir 100% yakin Tungky ini non-muslim. Ternyata eh ternyata, pada suatu malam
perayaan nuzulul quran, aku mendapati Tungky duduk bersila di masjid dengan
kemeja biru dan bawahan sarung sedang memperhatikan ceramah dari ustad yang
diundang. Barulah saat itu aku sadar, ternyata Tungky orang Islam :’)
Tungky itu orangnya diem. Nggak ngomong
kalau nggak diajak ngomong. Kadang-kadang dia suka nyeletuk sih, tapi celetukannya
malah bikin yang lain jadi diem. Krik. Krik. Krik.
Sampai saat ini aku masih nggak ngerti
kenapa anak-anak kecil di masjid dusun kami seneng banget ngerubutin(?) Tungky.
Mungkin karena mereka nggak pernah lihat orang setinggi itu kali ya. Pernah juga
ada cewek yang sudah tidak tergolong anak-anak minta nomor HP Tungky ke aku
hahahaha jelas nggak akan aku kasih lah wkwkw.
Overall, Tungky enak kok orangnya,
walaupun lebih sering flat -__- apa lagi sih ya.... banyak sebenernya yang bisa
diceritain soal Tungky, tapi menuangkannya dalam tulisan itu yang susah. Tungky
itu unik dengan caranya sendiri. With every single thing you have, you’re
adorable, Ky : )
Bayu Setiawan
Sang kapten mBeran kalau kata Amin. Bayu ini
dangduters, ada bunyi kendang dikit aja dia joget. Klop banget sama anak sulung
Pak Kepala Dusun Beran, si Adi. Saking klopnya sama Adi, Bayu sampai
ngbluetooth puluhan koleksi lagu dangdutnya Adi ke hapenya. Ckckck. Nah ngomong-ngomong
soal dangdut, kami Keluarga Kebangsaan mBeran punya lagu kebangsaan yang juga
dangdut. Wkwkwk. Berawal dari acara perayaan lebaran di dusun kami, ada sebuah
lagu dangdut yang diputar berulang kali dan memang intronya unik. Jadilah lagu
itu lagu wajib yang harus diputar di setiap ada kesempatan.
Bayu itu orangnya panikan. Hahahaha. Pernah
suatu malam dia diisengin sama anak pondokan aku, dikabarin kalau Cicip sakit
sampe dioksigen. Bayu sampai ngePM semua anak pondokanku nanyain gimana keadaannya
Cicip saat itu. Padahal kalian tahu? Tali putih di foto Cicip yang dikirimkan
ke Bayu itu adalah kabel headset! LOL XD
Sebagai kormasit, Bayu tanggung jawab
banget kok, walaupun santai. Kerja sama Bayu nggak perlu pusing mikir aturan
ini, larangan itu, yang penting adalah bagaimana kita bisa berbaur dengan
masyarakat dan membuat masyarakat bisa menerima kita dengan tangan terbuka. Kalau
kalian tanya siapa yang paling akrab sama warga Beran, ya Bayu orangnya.
Muhammad Rizki Amin
Nulis sampai di sini aku baru sadar,
ternyata semua cowok di keluarga ini lebih tua dari cewek-ceweknya. Hahaha.
Di KKN ini, alhamdulillah Amin sudah bisa
Bahasa Jawa. Hahaha. Iya, Amin ini orang Sulawesi Tenggara. Kalau kalian tahu
Wakatobi, nah, rumahnya Amin jauh dari sana. Wkwkwk. Dari curhatan-curhatan
Amin, dia ngaku kalau dia susah bilang “enggak”. Amin ini kasihan, seringkali
dia dibodohi orang wkwkw. Karena itu aku suka iseng membodohi Amin, dan
Amin-nya percaya aja wkwkw. Maafkan aku, Min :D
Sebagai cowok yang terlihat paling alim di
Keluarga mBeran, pesona Amin juga menarik seorang gadis mBeran loh hahahahai. Sampai-sampai
seluruh dusun tahu kasusnya Amin yang ditaksir sama si kembang desa. Eeaaa. Jadi
inget waktu Amin bilang kangen sama aku Cuma gara-gara mau curhat soal
permasalahan asmaranya ini wkwkwk.
Ciptaningsih
Dipanggilnya Cicip. Teman satu pondokan,
satu kasur, dan satu permainan(?) maksudnya, kita berdua sama-sama suka Kpop. Hahaha
yeay! Cicip ini Cassiopeia merangkap Army yang tergila-gila sama Seventeen. Berkat
Cicip, sekarang aku jadi kenal lagu-lagunya Seventeen dan Mamamoo yang
sebelumnya aku minat untuk lihat membernya aja enggak.
Cicip itu salon berjalan. Alat make-up-nya
super lengkap, sist. Mana mahal semua. Pernah dia iseng-iseng menghitung jumlah
harga make-up di dalam tasnya, dan berhenti di angka...... sudahlah, itu bisa
buat bayar duit BOP saya.
Sebagai anak semata wayang, nggak heran
kalau Cicip sering kayak anak kecil khususnya dalam mengeluarkan jurus-jurus
andalannya. “hiyak!”, “heittt!”, “eyayaya”, dan serangkaian jurus lainnya yang Cuma
Cicip aja yang ngerti artinya.
Karindanesia Citra Asri
Nah ini. Kembang tim KKN JTG-04. Wkwkw. Nggak
ada orang di Desa Giritirta yang nggak tahu Nesia. Hahahaha. Tenang aja, Nes,
nggak akan aku ceritakan di sini kok. Harga dirimu aman di tanganku B-)
Nesia paling doyan ngomongin soal jodoh. Kalau
dipancing dikit, keluarlah semua hasil bacaan fiqih pernikahannya. Aku sampe
curiga, kayaknya Nesia ini pernah beberapa kali ikut kajian pra nikah deh. Subhanallah
ya ukhti.
Nesia ini teman satu pondokan aku juga,
walaupun beda kasur. Hobi Nesia di pondokan adalah nyuci. Nesia nyuci baju
hampir setiap hari dan herannya cuciannya selalu banyak. Sampai nggak bisa
bedain, dia itu Nesia atau mbak mbak laundryan.
Lama lama kok aku describe-nya makin dikit
ya? Mungkin karena udah ngantuk -.- oke lanjut!
Dhiah Asri Kurniawatie
Nggak salah kalau Dhiah jadi yang paling
muda. Muka sama suaranya paling imut-imut juga soalnya hahaha. Seneng banget
kalau denger Dhiah manggil “mbak Wiiid~”, rasanya pengen tak unyel-unyel
pipinya, tapi sayang pipinya Dhiah tirus jadi takut habis kalau aku unyel-unyel
hehehehe.
Dhiah alergi ayam sama tongkol. Aku juga
baru tau ini pas udah mau selesai KKN. Padahal selama di tempat KKN sering
banget dimasakkin tongkol sama ibu pondokan. Sampai nggak tega liatnya kalau
alerginya Dhiah kambuh. Kayaknya mulai sekarang kamu jadi vegetarian aja deh,
Dhi, biar aman....
Karena beda pondokan, aku jadi nggak tahu
kebiasaan tidur atau nyucinya Dhiah wkwkw. Tapi Dhiah itu paling telaten kalau
ngadepin Aida (anak Bu Lurah yang baru 4 tahun). Padahal aku yang serumah sama
Aida aja nggak setelaten itu -_-v
Sudah kan
yaaa? Sudah aku describe semuaaa! Kalau ada yang ngerasa masih kurang banyak
describe-nya, besok-besok lagi aku bikin satu orang satu postingan deh. Sekarang
mau tidur dulu. Takut kesiangan shalat ied. Bye bye!