Pages

12 November, 2014

Past


Empat derajat celsius. Suhu yang cukup pantas bagi Jiyoon untuk mengenakan mantel tebal dan memperoleh kehangatan dari segelas kopi panas. Sudah kesekian kalinya dalam bulan ini ia terjebak dalam renungan panjang tak beralasan. Matanya memandang cakrawala tanpa batas dan hanya ditemani hembusan nafas.

Kali ini Jiyoon memilih untuk berjalan, menyusuri setapak mengikuti jiwanya yang ingin menilik kisah-kisah lama. Seperti sungai yang mengarah ke samudra, setapak itu pun berujung di jalan raya. Jiyoon memilih duduk di bawah payung di depan sebuah swalayan di seberang jalan. Angin musim gugur di sini masih sama seperti tiga tahun lalu, sejuk dan menenangkan. Walaupun bangunan yang ada di hadapannya kini sudah semakin mewah, tapi masih dalam kepemilikan yang sama–
   
"Yoon?"

Masih milik pria ini. Jiyoon tersenyum. Tidak terlalu lebar, tapi cukup menunjukkan bahwa ia menyambut kehadiran seorang Cho Kyuhyun.

Ditariknya kursi dihadapan Jiyoon dan duduklah ia di sana. Lalu dengan cara yang –masih- sama, dibukalah kaleng minumannya, "sedang apa di sini? Kupikir kau pulang ke Cincinnati."

Jiyoon hanya tersenyum lagi dan menggeleng dua kali lalu menyeruput kopinya. Dan Kyuhyun cukup paham arti reaksi Jiyoon, bahwa ia tidak sedang melakukan apapun dan tidak pula kembali ke Cincinnati selama tiga tahun ini.

Hening. Bukan hal mudah lagi bagi Jiyoon memandang apalagi menatap mata seorang Kyuhyun, sejak tiga tahun lalu. Maka Jiyoon hanya memandang ke arah jalanan yang lengang. Mungkin hanya segelintir mobil yang melintas dan semuanya berbelok ke arah yang sama, kantor Kyuhyun. Dan sayangnya bukan hal penting lagi bagi Kyuhyun ketika Jiyoon bungkam. Tidak seperti dulu dimana Kyuhyun akan begitu khawatir dan membombardir Jiyoon dengan pertanyaan seperti 'Yoon, kau kenapa? Marah padaku?'.

Spekulasi. Entah memang sudah tidak penting atau Kyuhyun sedang sangat sibuk saat ini. Pasalnya, sejak tadi ia memperhatikan sesuatu di ponselnya dengan sangat serius. Mungkin sesuatu terjadi di kantornya.

"eoh. Wae?" Jiyoon yang agak terkejut menoleh ke arah Kyuhyun, dan Kyuhyun yang memang sedang tidak berbicara pada Jiyoon justru melihat ke seberang jalan, ke arah pintu masuk kantornya lebih tepatnya. "arrasseo. Aku ke sana sekarang." Klik.

Buru-buru Kyuhyun memasukkan ponsel ke saku jasnya dan berpamitan pada Jiyoon, "Maaf tidak bisa mengobrol denganmu sekarang, Yoon. Something's emergency. Sampai jumpa lain kali."

Di kejauhan, terlihat Kyuhyun berlari ke arah lobi dan menemui rekannya, mungkin yang tadi menelepon. Tidak lama setelahnya, dua mobil mewah memasuki area kantor Kyuhyun dan berhenti tepat di hadapannya. Kyuhyun menyambut kehadiran rombongan itu dengan sumringah tanpa menghilangkan rasa hormat. Sungguh sosok seorang atasan yang patut jadi panutan, pikir Jiyoon.

Lagi-lagi Jiyoon hanya tersenyum sambil memandangi cup kopi yang sebenarnya tidak ada istimewanya sama sekali. Bukan, Jiyoon bukan sedang tersenyum pada cangkir kopi, ia hanya sedang tersenyum senang tapi sekaligus miris melihat Kyuhyun dan melihat dirinya sendiri sekarang.


-o0o-


Jiyoon meneguk tetes terakhir kopinya yang terasa menyakitkan di kerongkongan. Angin pun mulai membawa jarum-jarumnya yang tak kasat mata dan siap sedia menusuk siapapun di luar sana yang menghalangi jalannya. Tak kuasa, Jiyoon mengalah dan pergi. Menyusuri pedestrian dan berbelok ke jalan yang lebih ramai. Sederet toko pakaian dan kosmetik berjejer di bahu jalan. Muda-mudi berlalu-lalang dari toko satu ke toko lain demi memenuhi kebutuhan personalisasi diri.

Dengan mengeratkan jaketnya dan berjalan sedikit lebih cepat, Jiyoon berusaha menerobos keramaian. Ia pasti sudah sampai di halte bus sekarang kalau saja tidak ada segerombol mahasiswi menghalangi jalannya. Hampir saja ia berdehem untuk membuat mereka menyingkir ketika ia mendapati salah seorang dari mereka–

"Sunkyu-ya.."

"Annyeonghaseyo.." Gadis-gadis itu diam seketika dan mengikuti Sunkyu mengangguk pada Jiyoon. Melihat keduanya tak kunjung berkata apapun dalam beberapa detik, mereka memutuskan untuk meninggalkan keduanya sendiri.

"Sunkyu-ya, naeil boja!" teriak mereka sambil melambaikan tangan dan pergi.

"eoh, jalga!" Sunkyu balas melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Ia lalu kembali menatap Jiyoon dan tersenyum.


-o0o-


Beruntung tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan bus yang bisa mengantarkannya pulang. Jiyoon mengambil tempat duduk di tepi jendela di sebelah Sunkyu yang tampak sedikit repot dengan tas belanjaannya.

"Sunkyu-ya, ada yang ingin kutanyakan padamu." Ucap Jiyoon sambil menimang-nimang ponselnya, "Sungmin oppa.... apa kau masih memikirkannya?" kini Jiyoon sedikit menoleh ke arah Sunkyu, tapi tidak menatap matanya.

Sunkyu sedikit tertawa mendengar pertanyaan Jiyoon, "waeyo? Unnie masih memikirkannya?"

Jiyoon sedikit terkejut mendengar Sunkyu memanggilnya 'unnie'. Seingat Jiyoon gadis ini tidak pernah berlaku sopan padanya karena Sunkyu dulu selalu berpikir bahwa Sungmin oppa-nya direbut oleh Jiyoon. Kenapa sekarang ia bisa berubah seperti ini?

Tak kunjung mendapat jawaban dari Jiyoon, Sunkyu menyimpulkan jawaban Jiyoon adalah iya. Lagi-lagi ia tersenyum, "sudah tidak lagi sekarang. Beberapa bulan setelah kalian memutuskan untuk bersama, memang aku terus-menerus marah dan mengutuki kalian berdua. Tapi lama kelamaan aku lelah. Toh kalian tidak mungkin akan berpisah hanya karena aku marah-marah dan mengutuki kalian. Jadi aku berhenti. Jujur saat itu aku masih sering memikirkannya sampai aku seperti orang gila. Sampai akhirnya aku masuk di universitas dan menemukan banyak hal yang lebih menyenangkan. Aku berpikir, untuk apa aku bersedih berharap sesuatu yang sudah tidak mungkin lagi menjadi milikku kalau di hadapanku saja banyak hal yang bisa membuatku senang? Sejak saat itu aku sudah tidak memikirkannya lagi."

Jiyoon mengangguk mengerti. Sunkyu mungkin masih anak-anak di mata Jiyoon, dan walaupun pola pikirnya pun masih polos tapi Sunkyu sudah bisa menemukan kebahagiaannya sendiri. Tanpa terbebani apa yang ada di masa lalunya lagi.

"aku tidak bisa memberi saran apa-apa padamu karena kau pasti lebih mengerti semua ini daripada aku. Dulu Sungmin oppa juga memilihmu karena itu, kan?" Sunkyu menepuk bahu Jiyoon sebelum pintu bus terbuka dan ia turun, meninggalkan Jiyoon yang memang masih harus melanjutkan perjalanan sampai ke halte depan.


-o0o-


"Yoonnnnnn!! Kau kemana saja?? Kenapa teleponku tidak kauangkat, huh?!" semprot Hyunmi saat Jiyoon baru saja memasuki rumah.

Jiyoon yang sudah merebahkan diri di sofa dengan malas merogoh saku mantel, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya tepat di depan muka Hyunmi, "tewas." Lalu digeletakkannya dengan sembarangan ponsel itu di atas rak.

Hyunmi yang sudah terbiasa dengan sikap Jiyoon yang seperti ini hanya mendengus kesal dan menyambar remote televisi lalu menyalakannya.

Lee Sungmin Super Junior dikabarkan akan melangsungkan pernikahan dengan Kim Saeun pada tanggal 13 Desember 2014. Dengan keluarnya berita ini, SM Entertainment meyakinkan para penggemar Super Junior untuk tidak perlu khawatir karena Sungmin akan tetap mengikuti promosi album baru Super Junior.

Klik. Rasa bersalah merundung Hyunmi  seketika itu juga. Kenapa harus berita itu yang muncul? Kenapa di jam-jam seperti ini ada siaran berita? Kenapa dia harus menyalakan televisinya???? Hyunmi ingin mencabuti saja seluruh rambut yang tumbuh di kepalanya.

Hening. Hyunmi tidak berani memulai percakapan apapun dengan Jiyoon dalam kondisi seperti ini.

"Hyun..." Jiyoon akhirnya memecah keheningan, "kau tau aku tadi dari mana?"

"tidak..."

"aku bertemu Kyuhyun, tidak sengaja. Dan kau tahu? Sekarang kantornya sudah jauh lebih besar dari tiga tahun yang lalu. Dia terlihat sangat mumpuni menjalankan bisnisnya." Jiyoon berguling ke sisi kanan, menghadapkan badannya ke arah Hyunmi, "lalu di bus tadi aku duduk di sebelah Sunkyu. Dia sekarang sudah jauh lebih sopan padaku, Hyun. Dan aku menanyakan tentang Sungmin.."

"Yoon... kau tidak sedang menyesal, kan?"

Jiyoon menggeleng lemah, "just... it feels like everyone already left their past without any hesitation and is doing fine now. They even have reached their own success and happiness. Sedangkan aku malah masih stuck di sini, mengais sisa-sisa harapan yang masih bisa kukumpulkan." Jiyoon mengesah, "kapan aku bisa seperti mereka, Hyun?"

Hyunmi merangkul Jiyoon, berusaha menenangkan sahabat terbaiknya, "it means you have to start over now. Just think about the future, Yoon. Kesalahan di masa lalu sudah tidak bisa diperbaiki lagi, tapi kesalahan di masa depan bisa dicegah. Jangan sampai kegagalanmu di masa lalu membuatmu gagal di masa depan juga. Kau akan jauh lebih menderita dari ini kalau sampai hal itu terjadi, Yoon."


-o0o-


"Dad, i'll take your offer."

"Yes, sir!" 

No comments:

Post a Comment