8 missed calls
5 new messages
Pukul
15:27. Jiyoon mendengus lelah melihat layar ponselnya. Sungmin pasti
kesal lagi karena Jiyoon tak kunjung membalas sms-nya. Entah kenapa
akhir-akhir ini Sungmin menjadi lebih sensitif dan mudah marah
terhadap hal kecil. Padahal yang Jiyoon tau, Sungmin tidak pernah
terkena PMS sejak lahir.
11:38
From:: Ming Bunny
Yoon.... kangen.... :3
12:05
From:: Ming Bunny
Kau sedang apa..? Tidak kangen
padaku?
12:17
From:: Ming Bunny
sms-ku memang belum kaubaca atau
kau sengaja tidak membalas?
12:43
From:: Ming Bunny
angkat teleponku, Yoon!
12:58
From:: Ming Bunny
Terserah kau. Aku hanya punya
waktu luang di saat makan siang. Aku tidak punya waktu untuk
terus-terusan menunggu balasanmu. Kau sibuk? Aku juga!
Tapi
sepertinya, masalah 'lama membalas sms' ini bukan hal kecil untuk
Sungmin.
To:: Ming Bunny
Maaf, Ming.. aku ada rapat dengan
dewan direksi sejak pagi tadi. Schedule-mu selesai jam berapa? Nanti
biar kutelepon...
1
menit, 5 menit, 30 menit, ponsel Jiyoon tak kunjung memberi tanda
kalau ada sms balasan dari Sungmin. Mungkin dia sedang tidak bisa
diganggu, pikir Jiyoon.
"Yoon?
Yoon?"
"eh?
Iya, ada apa, Hyunmi-ya?"
"Aku
yang harusnya bertanya. Kau kenapa melamun?"
"Melamun?
Tidak kok." Buru-buru Jiyoon menyimpan ponselnya ke dalam laci
meja kerjanya sebelum sahabat baiknya itu tau masalah Sungmin, "kau
ada apa ke ruanganku?"
Hyunmi
mencoba untuk percaya apa yang dikatakan Jiyoon. Dia yakin sahabatnya
itu pasti akan bercerita padanya jika terjadi sesuatu. "Proposal
pengajuan barang baru bisa kau selesaikan hari ini? Klien meminta aku
mengirimkannya malam ini juga. Bagaimana?"
"Tentu.
Hanya kurang sedikit lagi yang harus aku tambahkan. Nanti sore
ku-email-kan
padamu." Jawab Jiyoon dengan senyum profesionalnya.
Hyunmi
masih menatap Jiyoon dengan penuh rasa ragu, "kau yakin tidak
ada apa-apa?"
"Yakin
160%."
"Baiklah
kalau begitu. Urusan laporan kupercayakan padamu, Yoon."
"Arrasseo."
-o0o-
Jarum
jam menunjukkan pukul 22:50 dan Jiyoon masih dengan sabar menunggu
balasan dari Sungmin. Novel setebal 233 halaman pun sudah hampir
habis ia baca untuk mengalihkan kebosanan menunggu kabar dari
kekasihnya itu.
Dddrrtttt
1 message received
From:: Ming Bunny
Tidak
perlu repot-repot meneleponku. Selesaikan saja urusanmu sendiri.
"Ming,
kau kenapa......" gumam Jiyoon lalu melepas kacamata bacanya dan
menutup novelnya.
To:: Ming Bunny
Aku
sudah di rumah.. pekerjaanku hari ini sudah selesai.. kau masih ada
jadwal?
Namun
Sungmin tak kunjung membalas pesan Jiyoon. Terpaksa, dengan sedikit
rasa takut Jiyoon memberanikan diri menelepon Sungmin.
Nomor yang anda tuju sedang
tidak aktif atau berada di luar service area. Cobalah beberapa saat
lagi.
Jiyoon
mendesau. Ia sedikit merasa bersalah karena tidak bisa ada di saat
Sungmin membutuhkannya. Tapi bukannya ia sudah menjelaskan alasannya?
Kenapa Sungmin masih marah....
-o0o-
Dddrrrttt...
"Ya, Dad?"
"Bagaimana
persiapan di Korea? Jumat depan kau harus sudah bisa
mempresentasikannya di sini, Yoon."
"Well
done, Dad.
Aku hanya tinggal membuat media presentasinya lalu aku dan Hyunmi
akan langsung ke Cincinnati."
"Baiklah. Sampai jumpa di
sini."
"Mmm..."
Klik.
Jiyoon memutus sambungan teleponnya dan meletakkan ponselnya kembali
ke meja. Ia lalu mengambil spidol untuk memberi tanda di kalender
mejanya. Namun sejurus kemudian Jiyoon tertegun saat melihat tanda di
kalendernya menunjukkan Super Show Hongkong diadakan di hari yang
sama dengan jadwal presentasinya di Cincinnati, Jumat 16 Juni.
Jiyoon
mengangkat teleponnya dan menekan tombol ruangan Hyunmi, "Hyun,
tolong pesankan tiket untuk terbang ke Cincinnati Kamis depan."
Kamis, 15 Juni : take off.
Cincinnati.
-o0o-
"Mungkin
ini hanya perasaanku saja, tapi aku rasa... kau sedikit berubah,
Ming. Kenapa?" Jiyoon memulai pembicaraan dengan sangat
hati-hati, berusaha mengajak Sungmin berunding dengan kepala dingin.
Tidak banyak waktu mereka untuk bisa bertemu seperti saat ini, jadi
Jiyoon tidak mau kesempatan ini menjadi sia-sia hanya karena emosi
yang mendominasi.
"Kau
yang berubah, Yoon. Kau yang terlalu sibuk dengan pekerjaanmu
sekarang sampai membalas smsku saja tidak sempat." Nada suara
Sungmin mulai meninggi, "butuh waktu tidak lebih dari lima menit
untuk mengirimkan satu sms, sesibuk itukah kau, Yoon?!"
"Jadi
karena itu.. bukankah aku sudah menjelaskannya kemarin? Aku ada
rapat, Ming... dan kau tahu kebiasaanku tidak pernah memegang apalagi
menilik ponselku saat sedang rapat."
"Tidak
bisakah kau memberitahuku dulu sebelum kau rapat? Jadi aku tidak
perlu seperti orang bodoh menunggu balasanmu. Aku juga ada pekerjaan
penting. Jangan kau kira aku hanya duduk melongo seharian menunggu
sms-mu!"
"Ming,
sejak kapan kau mengharuskanku memberitahumu apa yang akan aku
lakukan? mulai sekarang? Tsk ternyata aku benar, kau berubah, Ming."
"Kau
yang berubah! Dulu kau tidak pernah sok sibuk dengan pekerjaanmu. Aku
selalu bisa mengganggumu kapanpun aku mau. Sekarang?" Sungmin
menghela napas, berusaha menetralkan emosinya tapi tidak berhasil,
"it's okay,
Yoon, kalau aku sedang tidak sibuk, kau boleh berkutat dengan
pekerjaanmu 24 jam karena aku yang akan menghampirimu dan
memperhatikanmu. Tapi sekarang keadaannya aku yang sibuk dengan
comeback dan
persiapan Super Show, harusnya kau yang bisa lebih punya banyak waktu
untukku, Yoon!"
"Kita
ada pada posisi yang sama, Ming! Aku tidak mungkin menelantarkan
pekerjaan kantor karena dalam waktu dekat ini aku harus meluncurkan
brand baru. Ayah menitipkan perusahaannya di sini padaku, tanggung
jawabku besar di sana, Ming. Kumohon mengertilah. We
need support from each other right now. Tidak
bisa seperti ini..."
Hening.
Keduanya berkutat dengan pikiran dan berusaha menetralkan emosi
masing-masing. Sebenarnya di awal tadi Jiyoon sedikit berniat untuk
minta maaf karena tidak bisa ada untuk Sungmin kemarin, tapi semua
hilang karena amarah yang menguar.
Sungmin
merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, ia akan mencoba
mengerti keadaan Jiyoon walau dengan berat hati. Ia berdiri dari
tempatnya duduk di sebelah Jiyoon, kemudian berkata sebelum melangkah
pergi, "aku berangkat ke Hongkong hari Jumat."
"Ming,
tunggu!" Sebelum Sungmin menghilang di balik pintu, Jiyoon
memanggilnya dan dengan otomatis Sungmin berhenti, walau tidak
berbalik. "Aku harus ke Cincinnati selama lima hari dan
berangkat besok pagi. Maaf..."
Sungmin
menarik napas dalam-dalam berusaha meredam emosi yang kembali
terbakar. ia membalikkan badan, lalu dengan tatapan dingin ia
berkata, "if
that's what you think about supporting each other, do it."
-o0o-
"Kau
tidak perlu pergi jika memang tak bisa, Yoon... Sungmin
membutuhkanmu. Biar aku yang handle
semuanya di Cincinnati, termasuk kemungkinan terburuk untuk dimarahi
Daddy-mu."
"Tidak
perlu, Hyun.. ini tanggung jawabku. Sungmin juga tanggung jawabku.
Sayangnya, dia memiliki saham yang lebih kecil di hatiku dibandingkan
Daddy." Jiyoon tersenyum meyakinkan Hyunmi.
"Yoon...."
"I'm
okay."
Jiyoon bangkit dari duduknya, "waktunya berangkat, Nona Lee.
Should I bring
your bag?"
"No, thanks."
-o0o-
Bandara
Internasional Incheon dipadati makhluk-makhluk berwarna biru. Ya, ELF
yang setia mengantarkan -atau menguntit?- Super Junior kemanapun
mereka pergi sudah berada di bandara sejak subuh tadi, bahkan ada
yang sejak malam. Apa orang tua mereka tidak mencari atau minimal
mengkhawatirkan mereka? Karena walaupun Korea termasuk negara yang
aman, angka pelecehan seksual di kalangan remaja putri kan sedang
marak dimana-mana.
Kembali
ke bandara. Tepat pukul 09:00 member Super Junior beserta krunya
memasuki pintu gerbang bandara. Pencapaian luar biasa untuk mereka
datang ke bandara sepagi ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat
Kyuhyun yang masih berusaha untuk menyelesaikan tidurnya walaupun dia
sudah berjalan di tengah kerumunan fansnya. Terlihat juga Henry yang
semakin kehilangan matanya dan Sungmin yang wajahnya seperti ditekuk.
Oh tapi mungkin Sungmin bukan karena mengantuk.
"Hyung!"
Hyukjae menyenggol bahu Sungmin lalu menunjuk ke arah kerumunan fans
dengan dagunya. Hyukjae tau, Sungmin sama sekali belum menyapa ELF
sejak keluar dari fan tadi. Tapi mungkin hari ini Sungmin adalah
hasil reinkarnasi dari spesies jaman batu, sehingga ia hanya
menundukkan kepalanya dan berjalan lebih cepat ke dalam pesawat.
-o0o-
"...saya
harap bantuan dari anda dapat melancarkan pemasaran produk kami di
Cincinnati dan seluruh Amerika Serikat. Terima kasih."
Riuh
rendah tepuk tangan dari peserta rapat kali itu mengakhiri presentasi
Jiyoon. Untuk pertama kalinya, ia meluncurkan produk terbaru di bawah
kendalinya sendiri, tanpa campur tangan Daddy-nya.
"Aaaaaakk
kau keren sekali, Yoon!" Hyunmi memeluk Jiyoon dengan antusiasme
tingkat piala dunia. Untung semua peserta rapat sudah keluar ruangan,
jadi Jiyoon tidak perlu repot-repot untuk berpura-pura tidak mengenal
Hyunmi.
"Good
job, dear."
Ayah Jiyoon menepuk pundak putri sematawayangnya yang sedang dipeluk
Hyunmi. Mendengar itu Hyunmi langsung melepas pelukannya dan
membiarkan Jiyoon dirangkul oleh Daddy-nya.
"Thanks,
Dad."
Jiyoon tersenyum.
"Sepertinya
sudah siap untuk mengurus semua cabang?"
"Eung....
Dad, kalau itu.... nanti dulu. Aku..... masih punya banyak urusan...
lain."
Jawaban
Jiyoon membuat Daddy-nya melonggarkan pelukannya lalu menatap Jiyoon,
"urusan apa? Kau sudah punya pacar, Yoon? Siapa?" Ayah
Jiyoon beralih menatap Hyunmi, "siapa pacarnya Jiyoon, Hyun?"
Hyunmi
yang ditanya tembak langsung seperti itu jadi gelagapan, "itu....
itu, Om... saya... permisi ke toilet dulu." Kemudian Hyunmi
melarikan diri bak burung kolibri.
"Belum
saatnya kau tahu, Dad. Nanti saja kalau aku sudah memutuskan untuk
menikah pasti akan kuberitahu. Okay? Aku pergi dulu. Bye!"
Jiyoon mencium pipi Daddy-nya lalu pergi menyusul Hyunmi yang Jiyoon
tahu pasti Hyunmi tidak ke kamar mandi melainkan turun ke lobi
menyiapkan mobil.
-o0o-
Sampai
saat konser dimulai, Sungmin masih belum menunjukkan tanda-tanda
kecerahan pada wajahnya. Sebesar itukah pengaruh Jiyoon terhadapnya
sampai-sampai semua orang di sekitarnya tidak melihat sedikitpun
senyumnya hari ini. Tidak krunya, tidak membernya, tidak juga ELF
yang seharusnya ia nafkahi dengan senyum terbaiknya.
Bagaimana
perasaanmu jika kau menonton konser idolamu tapi idolamu itu tidak
menyunggingkan senyumnya sama sekali? Malah cenderung dingin bahkan
acuh tak acuh? Kecewa pasti, dan juga khawatir.
Kekecewaan
yang dialami tidak hanya oleh satu orang membuat hal itu menyebar
dengan cepatnya di fansite-fansite Super Junior. Berbagai komentar
dari para netizen yang menohok semakin memperparah suasana.
-o0o-
"Why
the hell didn't he smile?"
"Sungmin
oppa must be in a badmood today. What happened, oppa? :("
"Seperti
itukah seharusnya sikap seorang idola? seharusnya dia bisa bedakan
mana pekerjaan mana masalah pribadi. Mengecewakan sekali."
"Yoon!
Yoon, lihat ini!" Hyunmi berteriak-teriak seperti orang
kecopetan memanggil Jiyoon yang masih di kamar mandi.
"Kau
ini berisik sekali. Ada apa?"
"Baca
ini, Yoon!" Hyunmi menarik Jiyoon untuk mendekat ke arah
laptopnya, "Sungmin pasti sedang dalam mood yang buruk sekali
kalau sampai tidak bisa tersenyum sama sekali kan, Yoon? Kalian ini
kenapa sebenarnya? Sedahsyat itukah pengaruhmu terhadapnya, Yoon?"
Jiyoon
tertegun di depan laptop Hyunmi. Sungmin seperti ini pasti karena
dirinya, Jiyoon tahu. Dan ini sama sekali tidak baik untuk
kelangsungan karir Sungmin. He's
an idol, he needs his fans.
Nah kalau ELF sudah sampai berkomentar seperti itu, apa kabar karir
Sungmin nanti? Jiyoon tidak mau karir Sungmin hancur hanya karena
dirinya. Dia harus memperbaiki ini semua, bagaimanapun caranya.
"Agenda
untuk besok hanya akan ada jamuan makan dan penyerahan produk secara
simbolis kan, Hyun?" Jiyoon spontan menoleh ke arah Hyunmi,
Hyunmi mengangguk. "Good.
Sekarang
mana surat-surat yang harus kutandatangani?"
Hyunmi
menyerahkan setumpuk map yang harus Jiyoon tanda tangani. Dengan
sigap Jiyoon membubuhkan tanda tangannya di setiap map dan
menyerahkannya pada Hyunmi lagi.
"Besok
kau gantikan aku ke acara jamuan makan dan peresmiannya. Semua surat
sudah selesai kutandatangani. Kalau kau merasa tidak enak untuk
penyerahan produknya, kau bisa minta Daddy untuk melakukannya. okay,
Hyun?"
"O..okay.
tapi kau mau kemana?" Hyunmi melongo melihat Jiyoon yang sudah
bersiap dengan mantel dan ranselnya.
Jiyoon
menunjuk laptop Hyunmi yang masih menampilkan berita tentang Sungmin,
"menyusulnya."
"Tapi,
Yoon. Kau belum beristirahat sama sekali hari ini."
"Kalau
aku istirahat sekarang, karirnya yang akan istirahat selamanya, Hyun.
Aku pergi." Jiyoon membuka pintu kamarnya, "ah! Bawakan
koperku kembali bersamamu besok. Thanks,
Hyun!"
-o0o-
Tiket
backstage yang sudah ada di tangan Jiyoon sejak dua minggu yang lalu
membuat Jiyoon dengan leluasa memasuki area yang notabene tidak semua
orang dapat mengaksesnya. Jiyoon terus berjalan dengan langkah
lebar-lebar menuju ruang istirahat member Super Junior. Beruntung
Jiyoon bertemu Leeteuk yang langsung tahu apa maksud kedatangan
Jiyoon.
"Ruangan
kedua dari ujung. Kuserahkan dia padamu, Yoon. Tolong." Kata
Leeteuk menepuk pundak Jiyoon.
"I'll
try. Thanks." Jiyoon
berlari kecil menuju ruangan yang ditunjukkan Leeteuk.
Jiyoon
berhenti di depan ruangan bertuliskan SUPER JUNIOR. Ia menarik napas
dalam-dalam sebelum memutar kenop untuk membuka pintu. Perlahan pintu
terbuka dan Jiyoon menemukan sosok yang dicarinya.
Sungmin
duduk bersandar dengan tatapan kosong sambil menimang-nimang
ponselnya. Sesekali ia menyalakan ponselnya seperti hendak menelepon
seseorang namun selalu diurungkan. Berulang kali seperti itu
sampai-sampai ia tidak sadar ada orang yang membuka pintu.
"Kue
ini enak sekali loh, Ming. Kau mau tidak?" Jiyoon langsung duduk
di sebelah Sungmin membawa brownies yang ia beli di bandara tadi.
Sungmin
sontak menoleh ke arah Jiyoon dan memandangnya dengan tatapan tidak
percaya, "Yoon...?"
Jiyoon
tersenyum. Senyum yang paling Sungmin rindukan dibanding apapun di
dunia ini. Rasanya, sudah bertahun-tahun tidak melihat senyum Jiyoon
yang semanis itu. "Kau pasti belum makan kan, Ming?"
Sungmin
tak peduli apa yang Jiyoon katakan, ia langsung memeluk gadisnya,
gadis yang sangat dirindukannya. Bertengkar dengan Jiyoon rupanya
bukan pilihan bagus untuk kelangsungan hidupnya. Jantungnya terlalu
keras memompa darah hingga menimbulkan nyeri yang membuat Sungmin
ingin melepas jantungnya sendiri saat ia bertengkar dengan gadisnya.
Raganya serasa tak bernyawa saat Jiyoon tak ada di sekelilingnya.
"Maafkan
aku, Ming..." Jiyoon balas memeluk Sungmin. Tenang rasanya
berada dalam dekapannya.
"Aku
yang harusnya minta maaf, Yoon.. aku yang terlalu childish
sampai-sampai kita harus bertengkar seperti ini. Toh aku sendiri yang
susah kalau kau jauh." Sungmin mengerucutkan bibirnya, hal yang
paling imut yang pernah Jiyoon lihat seumur hidupnya. "Eh tapi
pekerjaanmu bagaimana? Kenapa kau kemari, Yoon?" Sungmin
melepaskan pelukannya dan menatap Jiyoon intens.
Jiyoon
tersenyum, "kau di sini lebih membutuhkanku, Ming. Semua tugasku
di Cincinnati sudah kuserahkan pada Hyunmi." Diraihnya tangan
Sungmin untuk lebih meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, "Aku
sudah ada di sini. Jadi kau jangan murung lagi.. ELF butuh senyum dan
tawamu, Ming... jangan seperti kemarin. Mereka kecewa tidak bisa
melihat tawamu kemarin. Bagaimana kalau mereka meninggalkanmu hm?"
"Aku
lebih memikirkan bagaimana kalau kemarin kau meninggalkanku, Yoon..."
"kenyataannya
tidak kan? Sekarang senyum." Jiyoon menarik kedua sudut bibir
Sungmin. Ia tersenyum, akhirnya Sungmin-nya tersenyum, lagi.
Sungmin
kembali memeluk Jiyoon erat-erat, "thank
you.."
"Love
you.."
-o0o-
Hongkong
Dome dipenuhi cahaya dari lightstick
berwarna
sapphire blue.
Jiyoon bukan ELF, tapi ia satu-satunya fans lahir batin dan pendukung
seumur hidup seorang Lee Sungmin. Dan ia ada di sana, di tengah
sapphire blue
ocean itu.
Memandang penuh kebanggaan pada sosok pria yang walaupun wajahnya
sangat imut tapi memiliki tubuh yang bidang yang mampu menenggelamkan
Jiyoon dalam pelukannya.
there's
always time for you in my like-hell business. I'm promise. - Jung
Jiyoon
Keringat
yang terus mengalir di wajahnya tidak membuatnya lelah. Nyawanya
telah kembali, hidupnya telah kembali, Jiyoon-nya telah kembali.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dan menenangkan dari itu. Kini ia
dengan ceria memberi fanservice
pada
ELF yang telah menunggu penampilannya bahkan dengan semangat
mem-bully
Kyuhyun bersama dengan member lain. Matanya menangkap sosok Jiyoon
yang duduk di tengah area VIP, ia pun melambaikan tangannya.
ketika
satu-satunya penghalang adalah kesibukan, maka satu-satunya jalan
adalah pengertian - Lee Sungmin
The Wizard of Oz: The Wizard of Oz: The Wizard of Oz: The
ReplyDeleteThe Wizard of 양주 출장샵 Oz: The Wizard 양주 출장마사지 of Oz: The Wizard of Oz: The Wizard 속초 출장마사지 of Oz: The Wizard 오산 출장샵 of Oz: The Wizard of Oz: The 나주 출장마사지 Sorcerer's Apprentice.